“Loh Zas,biasa aja kali,kaya abis ikutan reality show bergengsi aja” aku terkekeh melihat mimic Zaskia.
“Gue ngerasa dosa,maksain lo ikutan kontes ini tapi nyatanya tetep aja lo ga dapet cowo”
“Nyantai ajalah,aku juga ga minat dan setengah hati ngejalanin,jadi ya kaya gini”
“Pelet lo kurang sakti kali ya?”
“Hust !”
“Okey,Bebs,acara malam ini udah selesai. Pas banget,sekarang waktunya kalian tidur di barak yang udah ditentuin. Good night beibeh,isi tenaga buat acara besok,yang udah dapat couple,malam ini ga usah berduaan dulu. Okey?!” Anez mengedipkan matanya. Semua bersorak riuh tepuk tangan.
“Dat,ayo tidur” aku menarik lengan Zaskia. Mataku sudah tak tahan lagi ingin tertidur.
“Eh,betewe,Vio mana?” Tanya Zaskia tiba-tiba.
“Mungkin balik,tadi dia juga ngajakin kabur”
“Ha?”
“Iya”
“Duluan gih,pacar gue nelfon” Zaskia mengerlingkan matanya membuatku mual. Sudah malam begini anak juragan karpet Arab itu masih saja menelfon.
“Haning….” Vio memanggilku pelan.
Aku menoleh.
“Vio,gajadi pulang?”
“Aku ga pulang kok”
“Terus tadi kemana?”
“Ga kemana-mana”
“Oh”
“Haning,ikut sebentar yuk”
“Maaf,Vi. Ini udah malam banget, aku capek”
“Tenang aja Ning,kita duduk-duduk aja dulu dilapangan. Disana kan terang. Banyak yang belum tidur ko”
“Ada apa?”
“Ikut aja”
Aku mengikuti langkah Vio. Kalau hanya ingin duduk dan mengobrol santai kenapa tidak dikoridor barak saja? Dia malah mengajakku kelapangan. Disana ada beberapa panitia yang sibuk membereskan dekorasi untuk besok.
“Mereka itu…ga cape ya?” aku bergumam sendiri memperhatikan lalu lalang panitia.
“Itu udah tugas mereka” Vio menanggapi.
“Ada apa sih?” aku mengulang pertanyaan.
“Cuma mau curhat”
“Apaan?”
“Tadi aku kabur,aku ga milih siapa-siapa”
“Aku ga dipilih siapa-siapa”
“Jelaslah”
“Jelas gimana?”
“Sisanya tuh Cuma aku sama kamu. Kamu sadar ga sih? Semua peserta disini jumlahnya sama rata. Ga mungkin ada yang ga dapet pasangan”
“Tapi ya nyatanya mereka yang berdiri itu ga milih aku”
“Takut kali”
“Ya,aku tau aku garang,tapi ga gitu juga”
“Mereka takut sama aku,kan aku yang bakalan dapetin kamu” Vio tersenyum.
Aku melongo kaget.
“Vio?”
“Santai aja Ning,kita emang baru kenal sekarang. Padahal udah berbulan-bulan satu atap sekolah. Tapi sebelumnya aku udah tau kamu kok”
“Terus?”
“Yaudah deh…”
“Udah apanya?”
“Kamu udah dapet pasangan malam ini”
“Emang kamu suka aku?”
“Apa salahnya nyoba? Lagian kamu manis kok”
“Kalau masih ragu,mending gausah”
“Aku yakin kok seratus persen !”
“Mutia?”
“Masa lalu ah !” Vio mengacak rambutku.
Hatiku berdetak kencang. Darahku berdesir hebat. Baru kurasakan hal seperti ini lagi setelah Dion.
Aku merasa nyaman bersama Vio. Aku tau dia tulus.
“Iya Vio,apa salahnya melupakan yang lalu dan menjaga yang ada sekarang” aku tersenyum.
“Jadi?”
“Maunya?”
“Apapun yang terjadi dengan kontes ini,kita pacaran oke?”
Aku mengangguk sambil menahan tawa melihat ekspresi Vio yang sumringah.
Malam itu terasa panjang,rasa kantukku yang hebat hilang entah kemana. Sekarang aku malas pergi dari sini. Berdua menatap langit yang gelap bertabur jutaan bintang.
Aku dan Vio duduk bersebalahan,kini jarak kita hanya satu jengkal. Lebih dekat dari saat kita mengobrol. Satu jengkal,aku jadi teringat Dion. Semarang-Bekasi tak akan pernah bisa berjarak satu jengkal. Hanya aku dan Vio yang bisa melakukannya. Aku kembali menatap gelapnya langit malam. Samar-samar kulihat bayangan Dion. Aku tersenyum,kini aku sudah menemukan jalanku sendiri. Kulirik Vio,dia melakukan hal yang sama denganku. Mungkin diatas sana,dia melihat bayangan Mutia.
Kontes yang kukira konyol dan tidak bermutu ini,ternyata mendatangkan sisi baik untukku. Aku ingin cepat-cepat melaporkan ini pada Zaskia. Tentu setelah ritual telefonnya dengan anak juragan karpet Arab itu berakhir…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar