Senin, 09 April 2012

Cerbung Looking For Your Couple part 5

Setelah telefon ditutup. Aku merebahkan diri di kasur. Ada kata-kata yang mengganjal dipikiranku juga hatiku. Pertanyaan itu…
Sebenarnya itu bukan masalah aneh,sejak awal dia selalu memancingku dengan obrolan,pertanyaan atau pernyataan apapun yang menyangkut masalah asmaraku. Bukannya tersinggung,tapi aku bosan. Kalau suka kenapa tidak bilang saja dari awal? Tapi pernyataannya tadi memang membuka harapanku, “Aku mau ko kalo kamu ga ada yang punya” ya aku juga mau Dion,bahkan sangat mau..
Setelah obrolan tadi,kami lebih sering mengirim pesan atau SMS. Dia jarang menelfonku. Tapi itu tidak mengurangi rasa perhatiannya kepadaku, itulah sebabnya aku selalu merasa istimewa jika dia sudah menghubungiku,menanyakan kabar dan bicara ini-itu. Sudah 5 bulan berlalu,hubunganku denganny seperti menggantung. Kami teman,namun jauh dari kata teman. Kami sahabat,tapi terlihat bukan seperti sahabat. Apa seorang sahabat akan terlihat mesra saat berSMSan? Apa seorang sahabat akan tersipu saat disanjung oleh sahabatnya? Ada perasaan lain. Aku juga bisa merasakannya. Antara sahabat atau bukan. Ah Dion,pahamilah perasaanku.
Sore itu dia menelfonku kembali. Jantungku berdegup tak karuan.
“Sore Haning”
“Iya Dion,ada apa?”
“Aku kangen suaramu”
“Ahahaha dasar kau ini”
“Kau tau? Aku masih bermimpi jika Bekasi Semarang hanya berjarak satu jengkal”
“Hanya ada dua kemungkinan,kau pindah ke sini atau aku yang ke sana”
“Lebih baik aku yang kesana,waktu itu kan kau sudah mengunjungiku”
“Iya tapi itu jauh”
“Kau bilang kau punya saudara di Solo?”
“Iya emang kenapa?”
“Kenapa kau tak berlibur disana? Semarang Solo tak begitu jauh”
“Jangan terlalu dipaksa Dion”
“Oya Haning,ada yang ingin aku tanyakan”
“Apa?”
“Selama ini kau anggap aku apa?”
“Maksudmu?”
“Iya,kau anggap aku ini apa?”
“Sama seperti kau menggapku seperti apa”
“Begitu?”
“Iya mungkin”
“Kau tau tidak?”
“Apa?”
“Sudahlah lupakan”
“Dion !”
….
Obrolan 15 menit itu terhenti. Setidaknya cukup membuat rasa rinduku berkurang. Aku semakin penasaran apa yang ingin diucapkannya. Aneh sekali,dia selalu membatalkan obrolan yang menurutku penting dan perlu dilanjutkan.
Dion memang penuh misteri. Aku memang sudah tau semua tentangnya,tapi aku perlu mengorek informasi lebih dalam,terutama tentang pacarnya dimasa lalu.
Selama ini aku memang tak pernah tau kisah percintaannya sebelum mengenalku. Entah kenapa aku yakin sekali untuk saat ini dia beluum punya kekasih.
Aku rindu wajahnya,iseng-iseng aku membuka profil akun jejaring social miliknya. Aku tersenyum kecil melihat isi profilnya.
Tapi ada satu yang mengganjal dan itu sangat menggangguku. Ada nama lain yang rajin mengirimkan sebuah sapaan pada profilnya. Namanya Haning Bramantyas. Nama depan yang sama denganku. Tapi aku sangat membencinya. Haning yang itu seperti ingin mendekati Dion. Selalu mengirimkan apapun yang menurutku tidak penting. Aku malas membuka profilnya. Tapi anehnya,Dion selalu meladeninya dengan jawaban yang riang sepertinya dia senang jika Haning itu sudah menghubunginya.
Aku geram,segera aku tutup akun itu. Dan aku berjanji,malam ini aku tidak akan menghubunginya.
Janjiku itu hanya bertahan satu malam. Benar saja,esoknya dia menelfonku kembali. Aku luluh,tak jadi marah padanya karena rasa cemburuku yang besar.
“Ada apa?” tanyaku langsung.
“Biasa aja Haning. Hehe”
“Iya”
“Kamu sakit?”
“Engga kok”
“Oh,ko lemes gitu?”
“Ya lagi cape aja”
“Kamu lagi ngapain?”
“Lagi telfonan”
“Hahaha Haning Haning,kamu itu”
“Kenapa?”
“Mirip sama mantan pacarku”
DEG ! Aku lemas. Ingin rasanya aku banting handphoneku. Aku diam sejenak,bingung ingin menjawab apa. Namun akhirnya kata-kata itu keluar juga.
“Aku ga suka disama-samain” jawabku lirih.
“Iya Haning,maaf ya. Dia Cuma masa lalu ko”
“Mau masa sekarang juga boleh”
“Kamu marah?”
“Engga”
“Kamu bosen ga sih aku telfon terus?”
“Ga juga”
“Maaf ya kalo ganggu”
“Nyantai aja kali,sama temen ini”
“Haha temen khayalan ya?”
“Kok gitu?”
“Kan Bekasi-Semarang lebih dari sejengkal”
“Ah apaan sih,bercanda mulu. Huu”
“Kamu tetep nganggep ku temen ya?”
“Yaudah sahabat”
“Cuma itu?”
“Yaudah sahabat sejati selamanya forever bersama together bla bla”
“Kurang”
“Apaan sih?”
“Maunya lebih dari sekedar sahabat”
“Emang kamu suka aku?” tak kusadari,pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulutku.
“Eh,maaf aku lancang” lanjutku buru-buru.
“Kamu mau tau?”
“Ya kalo gamau ngasih tau yaudah”
“Kalo iya kenapa dan kalo ga juga kenapa?”
“Aku Cuma nanya Dion. Abis kamu suka Tanya aneh-aneh”
“Hahaha,yaah suka ya tapi..”
“Tapi apa?”
“Aku suka kamu sebagai sahabat aja”
“Oh gitu” aku merutuk dalam hati,dia selalu memutar balikkan suatu pernyataan !
“Kalo kamu?”
“Ya sama aja,kamu juga Cuma sahabat buat aku” aku menekankan kata ‘Cuma’.
“Yah kok gitu?”
“Apasih mau kamu,coba kamu fikirin apa yang barusan kamu tadi omongin dari awal sampe akhir ! Dasar alibi !” teriakku. Aku langsung menutup telefon. Biarlah,aku sudah terlanjur emosi. Dia tidak sekeren yang kubayangkan,terutama dalam hal mental,mana nyalinya? Untuk mengungkapkan perasaan saja sampai harus berbelit-belit seperti itu. Aku yakin akan perasaannya padaku.
Dia menelfonku kembali,aku sengaja me-reject-nya. Aku memakinya dalam hati. Sampai-sampai aku ingin menangis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar