Esoknya,malam minggu tepat pukul 7 malam,seseorang mengirikan pesan SMS padaku,ternyata itu Dion.
Haning..
Maaf ya,kamu pasti bingung sama semua sikapku dari awal padamu. Yah,aku memang tulus memberimu perhatian,tulus menjalin komunikasi denganmu. Tak ada maksud apapun. Awalnya,aku mengajakmu berkenalan hanya sekedar menambah teman untuk sharing seputar kegiatan yang sama-sama kita jalani. Tapi lama-lama,perasaan itu tumbuh begitu saja. Aku jujur mengatakan kalau kau memang unik,berbeda dengan wanita lain. Aku memang menyukaimu Haning,tapi aku selalu ragu akan perasaanku. Aku tau kau juga menaruh rasa yang sama. Tapi kau selalu mengelaknya,iya kan? Kau mencoba menutupi tapi aku bisa merasakannya. Maaf ya,aku ragu akan semua keputusanku yang dulu. Aku tidak bisa,aku tidak bisa meyakinkanmu akan hubungan ini. Ada banyak factor,kau juga pasti tau kendalanya. Aku tidak ingin membuatmu kecewa kemudian hari. Kita cukup berteman. Itu lebih baik. Maaf Haning,aku mesti mengubur impianmu agar Bekasi-Semarang hanya berjarak satu jengkal saja. Aku masih punya yang lain. Ada Haning lain yang mesti aku jaga. Maaf ya Haning…
Aku menghela nafas panjang. Segera aku tutup pesan itu,entah apa yang ingin aku lakukan. Membalas pesannya? Tapi apa yang mesti aku jawab. Aku sudah tau semuanya,termasuk ‘Haning’ yang harus ia jaga. Ya,sampai kapanpun,Bekasi-Semarang tak mungkin berjarak satu jengkal saja. Haning Pusparanti,kau mesti mengubur dalam-dalam semua harapan dan impian konyolmu itu bersama Dion…
***
“Kebiasaan ! Diajak ngomong malah ngelamun !” Zaskia menepuk pundakku.
Aku meringis. Zaskia manyun.
“Zas,aku gamau ikutan pokoknya” aku kembali mengelak.
“Plis deh Haning,anggap aja ini buat seru-seruan”
“Mending kita ke puncak kalo mau have fun” kali ini aku lebih tenang,tidak ngotot seperti tadi.
“Yaelah” begitulah respon Zaskia.
***
Ini hari Jumat. Besok Sabtu dan acara konyol itu dimulai. Semalaman aku berdoa agar Tuhan memberiku sakit,diare juga tak apa yang penting aku punya alasan agar bisa kabur dari acara itu. Sebenarnya hatiku juga sedikit tergerak untuk berpartisipasi. Yah,ide Zaskia tentang ‘sekedar have fun’ bisa dibilang masuk akal. Siapa tau cowok yang selama ini aku idamkan bisa bersamaku. Ah mimpi…
“Ning,besok sore aku jemput kamu deh” Zaskia menatapku sumringah.
“Gausah”
“Heh , kamu mau naik apaan?”
“Sepeda”
“Plis deh,kita bakal nginep disekolah”
“Terus? Justru bawa kendaraan apapun aman dong,kan banyak orang”
“Pokoknya besok gue jemput !” paksa Zaskia.
Aku merinding melihat semangat Zaskia yang berapi-api itu.
Tiba saatnya,aku malas berangkat namun ada keinginan untuk mencoba. Entahlah apa yang ingin aku bawa malam ini.
“C’mon beb ! Gausah risau” Zaskia mengedipkan matanya. Membuatku ingin segera pulang kerumah.
Aku melihat sekeliling,banyak juga peminatnya. Tapi entahlah,laki-laki yang kulihat tidak membuatku berselera. Dan tiba-tiba aku teringat Dion..
“Baiklah,langsung aja kita mulai acaranya. Sesi perkenalan ! Silahkan para peserta berkumpul dilapangan dan bagi yang bukan peserta harap berada diluar garis !” MC mulai bersuara. Aku berjalan gontai mengikuti intruksinya.
“Waktunya 60 menit ya buat berkenalan. C’mon beibeh !” lanjutnya.
Aku memilih duduk dibangku yang telah disediakan. Kenapa bayangan Dion muncul? Apa mimpiku tentang Semarang-Bekasi hanya berjarak satu jengkal terwujud?
“Kamu niat ga ikutan ini?” seseorang duduk disampingku.
“Engga” jawabku singkat.
“Sama”
“Loh? Kenapa?” aku menatapnya,dia laki-laki dan aku tidak mengenalnya.
“Temanku yang maksa”
“Nasib kita sama”
Kita kembali diam. Hening. Aku meliriknya,tatapannya lurus menatap kerumunan para peserta yang sibuk mengikuti intruksi. Hanya aku dan dia yang tidak melakukan apapun.
“Aku mau pulang” lanjutnya.
Aku mengangguk.
“Kamu kan cowo,dipaksa ko ga ngelawan?” tanyaku basa-basi.
“Entahlah,mungkin maksud mereka baik ingin mencarikanku pacar”
“Jomblo akut?”
“Aku belum pernah pacaran”
Hey,kenapa dia sama sepertiku?
“Kamu?” tanyanya balik.
“Iya,aku juga”
“Mereka ga tau,aku punya seseorang yang ga bisa dilupain”
“Cinta pertamamu?”
“Mungkin”
“Siapa?” kini aku tertarik mendengar kisahnya.
“Namanya Mutia,dia temanku saat SMP dulu. Sungguh aku menyukainya, entah apapun yang telah dilakukannya,bagiku itu tidak menyakitkan”
“Ga ngerti”
“Dia ga pernah tau aku suka dia,padahal aku suka dia sejak pertama masuk SMP. Kita teman satu kelas”
“Terus?”
“Ya,banyak kisah. Dia selalu melukai perasaanku tapi aku tak peduli. Itu memberiku semangat agar aku bisa menjadi lebih dari apa yang dia kira”
“Kamu…” gumamku
“Kenapa?”
“Ah,tidak. Lanjutkan. Aku bosan dengan acara ini”
“Ya begitulah,sekarang dia jauh. Sejak SMA ini aku tak pernah bertemu lagi dengannya,dia tak pernah membalas SMSku”
“Tulus banget..”
“Susah buat ngelupain”
“Kenapa ga coba nembak?”
“Aku sudah memberi sinyal,tapi..ya dia lebih memilih yang lain”
Aku tersenyum. Dia malah tertawa.
“Oya namamu?” dia mengulurkan tangan.
“Haning” balasku.
“Aku Vio”
“Kamu kelas berapa?”
“Kelas satu kok,kamu juga kan?”
“Iya”
“Eh,ngomong-ngomong ceritamu itu ko mirip denganku ya?” lanjutku agak tersipu.
“Kamu juga punya seseorang yang ga bisa dilupain?”
“Mungkin,tapi aku udah coba kok”
“Move on ga segampang kamu ngomong”
“Tapi kalo niat pasti bisa”
“Harus serius”
“Pastilah,ngapain kita mikirin orang yang gapernah tau perasaan kita. Di PHPin pula”
“Itulah kenapa manusia dikaruniai akal dan perasaan”
“Ga nyambung”
“Semua itu berhubungan tau..”
“Ah,palsu..”
“Perasaan itu ga ada yang palsu. Mulutmu yang palsu”
Aku mendelik,dia hanya tersenyum. Kenapa aku merasa nyaman bersamanya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar