Rabu, 01 Januari 2014

Cerpen: Zayn KW Super

Note : Ini cerpen yang di minta Sapet. Persis apa yang dia minta,ini lebih dari 10 lembar. Semoga lu suka,Pet..



Zayn KW Super
S
eperti gadis remaja pada umumnya yang mengidolakan artis tampan,begitu juga dengan Kiki Syafitri gadis berusisa 17 tahun yang duduk dibangku kelas 2 sekolah menengah atas swasta dipusat ibu kota. Siang ini entah yang keberapa kalinya Kiki beserta teman-teman yang lainnya sibuk membicarakan grup idola mereka,One Direction. Berisi 4 pria tampan asal Inggris dengan lagu mereka What Makes You Beautiful,hampir semua anak perempuan dikelas ini mengidolai mereka. Termasuk Kiki dan kecuali aku.
“Ki,yang ini bagus!” Selly memperlihatkan tab barunya,dia baru saja mencari foto-foto kegiatan terbaru One Direction dari sebuah situs internet.
“Itu kan pas mereka konser di Jepang!” respon Kiki.
“Gue denger mereka mau ke Indo?” tanya Anggi yang sibuk membaca majalah remaja edisi One Direction.
“Ya,sekitar bulan depan”
“Lu nonton,Ki?”
“Maybe,kalo duit ada”
Aku yang mendengar percakapan mereka hanya mengulum senyum. Konser itu bukan konser murah apalagi gratis. Itu konser mahal,harus pesan tiket dan rela mengantri dapatkan tempat terbaik. Kalau dapat tribun paling jauh dari panggung sama saja seperti melihat kumpulan semut sedang bernyanyi.
Tak ada kegiatan yang lebih membosankan selain berada didalam kelas dengan puluhan fans fanatik suatu idola. Bukan hanya Kiki dan komplotan One Directionnya,Lena dan beberapa gadis lain sibuk membicarakan artis Korea yang tak kalah tenar dari idola Kiki.
“Aduh berisik! Jangan setel lagu keras-keras dong!” protes Kiki disela-sela jam istirahat. Lena memutar playlist berupa kumpulan lagu Korea dari handphonenya menggunakan speaker dengan volume yang sengaja dikeraskan.
“Heh! Kamu juga kalo nyetel lagu One Direction keras-keras aja tuh!” protes Lena balik.
“Tapi kan lagunya enak didenger! Emang ini apa? Emang kamu ngerti apa artinya?!”
“Gabisa gitu dong! Dasar!”
“BERISIK!” teriakku kencang. “Kalian berdua sama aja tau! Gausah setel musik apapun dikelas!” gerutuku kesal.
Lena manyun,Kiki tetap misuh-misuh. Kelas yang menyebalkan,keluhku.
***
Esoknya aku mengajak Kiki ke kantin,kebetulan dia tak sibuk seperti biasa. Sibuk menikmati fasilitas wifi demi kegiatan browsingnya seputar One Direction.
Sorry,aku menolak” tolak Kiki tanpa menoleh sedikitpun.
“Kamu kenapa sih,masih kesel gara-gara kemarin aku marahin?” tanyaku khawatir.
“Gak. Aku lagi puasa”
“Tumben”
“Demi tiket nonton konser!” Kiki mengepalkan tangannya ke udara layaknya pejuang yang sedang memperjuangkan kemerdekaan atas hak-haknya selama ini.
“Terserah deh,pusing sama kalian”
Alhasil aku pergi ke kantin seorang diri. Hari ini Kiki lebih banyak diam,tak bertingkah seperti biasa. Mungkin karena sedang berpuasa dia tak bertingkah macam-macam demi menghemat energinya.
“Ki,ini kue sus terenak loh!” goda Anggi setibanya dikelas. Anggi membeli banyak kue sus dari kantin dan sengaja menyantapnya didepan Kiki.
“Astagfirullah,menggoda orang berpuasa itu dosa” ucap Kiki halus.
“Lu beneran puasa ga sih? Perasaan tadi pagi sarapan?”
“Puasa beneran. Demi tiket nonton konser” jawab Kiki serius.
“Ups,sorry. Gue pikir lu cuma diet doang”
“Eh eh kalo beneran nonton,titip tanda tangan Nial ya!” lanjut Anggi.
“Iya kalo ketemu”
“Ketemulah,masa gak”
“Tapi kalo ada jatah meet and greet cuman satu,aku mau ketemu Zayn aja!” Kiki membulatkan matanya,bibirnya melengkungkan senyum.
“Zayn? Ada dipos satpam” celetukku asal.
Anggi terbahak sampai-sampai dia tersedak kue susnya sendiri.
“Makanya gausah ketawa!” balas Kiki.
Disekolahku ada dua orang satpam. Salah satunya bernama pak Jaenudin,namun anak-anak lebih suka memanggilnya pak Jae. Semenjak One Direction booming di telinga para remaja,nama panggilan pak Jae pun akhirnya diganti dengan pak Zayn. Sontak seluruh Directioners alias penggemar berat One Direction memprotesi nama panggilan itu. Sedangkan pak Jaenudin hanya mengulum senyum jika dirinya dipanggil Zayn,salah satu siswa memberitahukannya kalau Zayn adalah artis luar negeri yang berperawakan sama dengan beliau. Jelas pak Jaenudin merasa tersanjung mendengarnya.
“Ki,kostumnya lagi diskon!” teriakku heboh saat membuka situs toko online yang menjual kostum seluruh anime Jepang.
“Yang mana?” tanya Kiki.
“Ini!” tunjukku pada salah satu baju yang dipakai Naruto dalam anime Naruto. Kami berdua sama-sama menyukainya.
“Dua ratus ribu?” Kiki menaikkan sebelah alisnya.
“Lumayan kan? Daripada harga awal 350!”
“Tunggu deh sampe 50 ribu”
“Ya mana bisa! Promonya cuma dua minggu!” teriakku kesal.
“Duitnya buat beli tiket,May” keluh Kiki. “Kalo mau beli duluan aja deh”
Aku terdiam. Tekad Kiki buat nonton konser sudah bulat. Kupikir hanya sekedar rencana tanpa akhir yang sesuai.
“Yaudah deh,gue juga belinya nanti. Duit gue juga belum banyak” putusku.
“Serius?” mata Kiki berbinar.
“Emang kenapa?” tanyaku heran.
“Kalo kamu beli duluan,aku ga bakal rela May,hehe” Kiki tertawa kecil.                                  
***
Ini sudah lebih dari dua minggu Kiki melakukan penghematan besar-besaran. Sudah dua minggu dia absen ke kantin. Dan sudah kelima kalinya Kiki menolak ajakan Anggi pergi makan es krim disalah satu kafe dekat sekolah. Biasanya Kiki paling anti menolak ajakan Anggi yang hobi wisata kuliner meski kantong mereka bokek parah.
“Ki,lu beneran jadi nonton?” tanya Lena saat Kiki sibuk browsing seputar berita One Direction.
“Jadi” jawab Kiki singkat tanpa melirik ke arah Lena yang kini duduk disampingnya.
“Waah,kapan?”
“Gatau”
“Ko gitu? Tempatnya dimana? Tiketnya berapa?” cerocos Lena.
“Gatau dan gatau”
“Beneran jadi nonton ga sih?” protes Lena.
Kiki tak mempedulikannya lagi,Lena terlalu cerewet dan berisik,Kiki tak suka mendengar celotehnya,telinganya bising mendengar suara Lena yang melengking.
“Ih Kiki! Kalo One Direction konser bulan ini,bentrok sama Super Junior dong! Kayanya ga mungkin deh!” lanjut Lena tanpa dikomando.
“Emang kamu mau nonton suju?”
“Gak sih,tiketnya mahal. Yang paling murah sekitar 1,5 katanya”
“Mending one direction dong,yang murah aja ga nyampe jutaan”
Super Junior lebih dulu tenar ketimbang one direction,jadi jelas mahal! Berkualitas!” ucap Lena nyaring.
“Aduh Lena! Bisa ga sih volume suaranya dikecilin?! Bahkan Suju aja gamau punya fans kaya kamu!” Kiki balas teriak.
***
Berita konsernya One Direction di Indonesia menyebar luas dikalangan penggemar beratnya bahkan disekolah. Semua sibuk bicarakan konser One Direction yang dilansir media akan diadakan awal bulan April. Ini sudah memasuki akhir Maret di tanggal 29,artinya tinggal beberapa hari lagi konser dimulai. Meski begitu,Kiki belum juga memesan tiket.
“Kamu kapan beli tiket? Kehabisan loh” aku mengingatkannya.
“Gatau nih” jawab Kiki bingung. “Aku kesana bareng Regina. Regina juga belum pesen tiket tuh”
“Regina anak kelas sebelah?”
“Yap!”
Good luck aja deh!”
Awal bulan nanti hari Sabtu,kudengar konser dimulai pukul 17.00 WIB. Tapi Kiki merencanakan pergi dari pagi hari agar bisa mengantri lebih awal. Padahal jarak dari rumah menuju tempat konser tidak begitu jauh,hanya perlu waktu 3 jam untuk sampai didaerah Sentul.
“Berarti Sabtu lu bolos dong?” Anggi mencomot cupcake yang dibawa Kiki dari rumah.
“Izin lah,masa bolos sih”
“Gimana caranya? Lu aja belum bilang ke bokap nyokap”
“Ya itu mah gampang” respon Kiki enteng.
“Sabtu itu ulangan Fisika sama praktek olahraga tau. Lagian kalo lu sekolah dulu juga gapapa kan? Bubaran juga jam 12” usul Anggi. Aku mengangguk setuju. Itu lebih baik daripada menyaksikan Kiki duduk bersimbah keringat ikuti ulangan susulan fisika diruang guru seorang diri.
“Tapi Kiki yakin,hari Sabtu ada acara jadi ga ada kegiatan belajar” Kiki tersenyum yakin. Dasar orang yang terlalu percaya diri.
Hari Jumat,sampai bel berbunyi Kiki belum datang. Ku pikir dia tak masuk demi berangkat lebih awal ke tempat konser. Nyatanya,setelah 10 menit bel dibunyikan Kiki datang dengan tampang kusut dan langkah yang lesu.
“Ki gue pikir lu udah ke Sentul!” celetuk Anggi saat Kiki duduk dibangkunya. Kiki tak menghiraukan celetukan Anggi. Wajahnya sendu.
“Ki,kenapa?” aku menyikutnya pelan.
Kiki menopang wajahnya dengan kedua tangannya. “Aku gagal nonton...” bisik Kiki pelan.
“Hah?! Gagal nonton?!” teriakku keras. Sontak seisi kelas menoleh kearah kami,lebih tepatnya ke arah Kiki karena kabar Kiki bakal nonton konser sudah diketahui oleh seisi kelas ini.
“Bisa ga sih gausah teriak!” Kiki balas teriak.
Aku menutup mulutku refleks. Jelas saja,ini kabar yang begitu mengejutkanku dan juga anak-anak kelas.
“Ayah ibu ga ngijinin,malahan aku dimarahin” keluh Kiki.
“Duh,yaiyalah Ki. Orang tua mana yang rela anaknya nonton konser mahal sendirian?”
“Tapi kenapa mereka bisa?!” Kiki mulai dramatis.
Aku mengangkat bahu,jangankan dia,bahkan aku pun untuk membeli komik Naruto volume terbaru harus sembunyi-sembunyi agar tak ketahuan ibu.
“Regina gimana?” tanya Anggi langsung.
“Dia jadi nontonlah,Sekar juga ikutan. Mereka sih enak,punya tante yang jadi agen promotor” Kiki mendengus kesal.
“Duit lo angus ga?”
“Belum beli tiket!”
“Baguslah,ga rugi-rugi amat” jawab Anggi santai.
Kelas tetap heboh sampai jam istirahat tiba. Jam pertama pagi ini kosong,guruku hanya memberi tugas untuk dikumpulkan selepas jam pertama usai. Nyatanya sampai istirahat tiba tugas itu belum ada satupun anak yang mengerjakannya. Dasar.
Lena dan yang lain sibuk bicarakan konser Super Junior mereka yang baru digelar kemarin malam. Karena tak bisa menonton langsung ditempat,Lena sengaja begadang agar bisa menyaksikan siarannya lewat televisi sampai jam dua malam. Padahal itu konser dinegera tetangga,bukan di Indonesia. Dan kabarnya Super Junior menunda jadwal konser mereka di Indonesia sampai satu bulan setelah selesainya konser One Direction.
“Kenapa sih mereka se fanatik itu? Emang mereka itu ga ada lagi yang mesti dipikirin ya?” gumamku.
“Kalo lu punya idola,lu ga beda jauh kaya mereka” timpal Selly tiba-tiba.
“Tapi mereka terlalu fanatik,bahkan Super Junior aja ga tau kalo mereka salah satu fansnya dia”
“Namanya juga fans,masih rela mati aja demi nonton konser,nih!” Selly menyodorkan tabnya. Jelas terlihat dilayar,Selly sedang membuka situs media online,sebuah berita tentang salah satu fans one direction yang mati karena kehabisan nafas saat berdesakan dengan penggemar lainnya di bandara menanti kedatangan One Direction yang mendarat di Indonesia sekitar 15 menit lalu.
“Tuh Ki,untung lo ga ikutan” aku menunjukkan berita itu pada Kiki yang masih kesal karena batal bertemu Zayn.
“Itu sih derita dia!” Kiki misuh-misuh.
***
Benar apa kata Kiki,Sabtu ini selepas jam olahraga kami dibebaskan. Katanya guru-guru akan mengadakan rapat dengan guru-guru dari sekolah lain. Kami yang mendengar kabar itu langsung melompat kegirangan. Inilah surga bagi para pelajar. Kecuali Kiki,dia makin kesal karena menurutnya dia merasa rugi. Andai dia jadi berangkat nonton konser,dia tak perlu pusing-pusing pikirkan ulangan susulan fisika yang ternyata dibatalkan.
“Udah Ki,mending kita makan es krim aja!” ajak Anggi riang.
“Eh bentar,Selly ga masuk ya?” tanyaku heran. Sejak tadi pagi aku tak melihatnya.
“Gue denger Selly nonton one direction,kemarin kakaknya dapet dua tiket!” jawab Lena.
“Apa?! Selly nonton?! Arrgh!” teriak Kiki kesal.
Aku menelan ludah,sepertinya Kiki benar-benar sewot akan kebatalannya bertemu Zayn yang asli.
Selepas menikmati es krim,aku pamit pulang. Tapi Kiki malah mengajak Anggi pergi ketoko buku.
“Tumben?” Anggi merasa heran. Palingan beli komik,pikir Anggi.
***
Senin pagi,sebelum upacara bendera berlangsung Selly menunjukkan foto-fotonya ketika konser berlangsung. Bahkan dia bisa memotret dirinya bersama Harry,karena Selly adalah penggemar berat Harry.
“Si Regina sama Sekar foto sama Zayn!” katanya membuat Kiki manyun.
“Tapi Ki tenang,ini foto close up nya Zayn pas konser!” tunjuk Selly.
“Sama kaya yang diinternet” komentar Kiki datar.
Sepanjang upacara bendera berlangsung Selly tak hentinya menceritakan pengalamannya saat bertemu dengan One Direction. Kiki muak,dia tak mau mendengar lagi cerita Selly.
“Ki,jadi beli kostum ga?” tawarku pada Kiki. Aku masih tertarik membeli kostum Naruto meski harganya kembali normal. Lagipula Kiki batal menonton konser,pasti uang tabungannya juga utuh.
“Entar aja deh”
“Kan lu ada duit”
“Udah abis. Kemaren gue beli katalog One Direction sama pernak-perniknya” jawab Kiki enteng.
Menyebalkan,gumamku pelan.
Seperti biasa,selepas upacara bendera kepala sekolahku memberikan pengumuman rutin mengenai kegiatan sekolah yang akan diadakan minggu ini. Namun kali ini bukan seperti biasa,kepala sekolahku mengenalkan salah satu murid pindahan dari kota lain. Dia satu tingkat dibawahku namun wajahnya mirip dengan Zayn!
“Ki,liat itu!” tunjukku. Saat aku menoleh Kiki tidak ada. Sepertinya dia sudah pergi meninggalkan lapangan upacara bersama sebagian anak lainnya. Sayang dia tak menikmati pemandangan indah ini. Dia mengenalkan namanya,Zaynal Malik. Nama yang hampir mirip dengan Zayn Malik One Direction. Sontak semua anak yang masih berada dilapangan berteriak heboh,pesona anak baru itu sudah memikat banyak gadis-gadis satu sekolahan.
“Eh tadi ada apaan sih? Heboh banget sampe kedengeran dari kantin” tanya Kiki heran.
“Ada murid baru” jawabku kalem.
“Emang cakep ya?” tanya Anggi penasaran.
“Dia itu Zayn Malik kw!” Selly berbinar.
“Ah masa?” Kiki tak percaya.
“Serius! Dia adik kelas kita,kalo ga percaya nanti istirahat gue tunjukin!”
***
Langkah Selly terburu-buru,Kiki dan Anggi membuntutinya dari belakang. Aku yang awalnya tak berniat ikuti mereka malah jalan beriringan dengan Kiki,lumayan melihat si tampan cukup membuat nafsu makanku tertahan.
Kelas itu ramai,ruangan kelas yang bahkan jarang kulewati. Sekarang koridornya penuh sesak,itu gara-gara murid baru yang tampan. Ketampanannya bukan hanya memikat kami bahkan senior diatas kami ikut-ikutan mengantri melihat wajahnya.
“Ih apaan sih,norak banget!” gerutu Anggi kesal saat melihat keributan kecil didepan kelas Zayn.
“Tuh,tuh liat! Itu Zayn kw!” teriak Selly heboh sambil menunjuk salah seorang anak yang duduk dibangku belakang. Kami melihatnya dari balik jendela.
“Zayn!” pekik Kiki heboh. Anggi ikut-ikutan berteriak heboh.
“Kalian juga norak” gumamku.
Selly,Anggi dan Kiki masih bertahan melihat Zayn dari dekat. Aku yang sudah tak tahan dengan udara pengap memilih pergi dan kembali ke kelas. Kulihat Regina dan Sekar ikut berlari kearah kelas Zayn.
“Kalian...” sapaku.
“Itu kelas Zayn kan? Ayo,Kar!” Regina menarik tangan Sekar.
“Heh kalian kan udah ketemu Zayn asli!” protesku.
Regina dan Sekar tidak mempedulikanku. Menyebalkan,gerutuku kesal.
Jam pelajaran matematika akan dimulai,waktu istirahat sudah habis sejak sepuluh menit lalu namun Selly,Anggi dan Kiki masih terjebak dalam kerumunan fans Zayn kw.
Untungnya sebelum guru matematikaku datang mereka sudah kembali ke kelas.
“Sumpah ganteng banget!” Anggi menatap layar handphonenya dengan mata berbinar.
“Ini lebih jelas!” Selly tak mau kalah,dia menunjukkan tabnya yang kini dipenuhi foto Zaynal.
“Kalian norak banget sih” ucapku pelan.
“Eh ini jatahku ya! Anggi,kamu kan suka Nial! Selly kamu juga suka Harry dan kemaren kamu udah nonton konsernya secara live! Ini pertanda aku jodoh sama Zayn!” ucap Kiki nyaring.
“Norak...” responku.
“Apaan sih,masih gantengan Kyu Hyun kalee” Lena menimpali. Sontak Kiki menatapnya tajam “Bilang aja iri ga bisa ketemu Kyu Hyun disekolah!” balas Kiki.
***
Setiap kali pergi ke kantin,Kiki selalu melewati kelas si Zaynal. Meskipun memakan waktu lama karena harus memutari lorong kelas namun Kiki tak peduli,yang penting bisa melihat Zayn.
Kali ini aku,Selly,Anggi dan Kiki duduk disalah satu meja di kantin. Kami tengah menunggu pesanan sampai si Zayn KW lewat didepan kami.
“Zayn!” Kiki berteriak,si Zaynal itu langsung menoleh.
“Eh..hai” sapa Kiki malu. Sepertinya dia salah tingkah.
“Temenku ini ngefans sama kamu,katanya kamu mirip Zayn Malik artis itu” aku menerangkan.
Lagi-lagi dia hanya tersenyum.
“Nyuwun sewu toh mbak,makasih yo” ucapnya sambil berlalu pergi.
Aku membulatkan mata,ketiga makhluk itu pun tak kalah kagetnya. Si Zaynal itu ternyata wong Jowo!
Berkali-kali aku tertawa saat menyantap makan siangku dikantin. Lucu juga,Zaynal yang kupikir sama coolnya dengan Zayn Malik malah berlogat jawa medhok seperti itu.
Kiki manyun sedangkan Anggi mendeklarasikan bahwa dirinya tak lagi memuja si Zaynal. Selly diam menatap makanannya dengan tak berselera.
“Zayn bener-bener cinta Indonesia ya” aku terkekeh menggoda Kiki.
“Itu kan kw,jelas kaya gitu!” bela Kiki.
“Tapi siapa sangka? Yang dipikir dia sama kerennya kaya Zayn Malik dan pindahan dari kota tetangga,malah buangan dari Jawa! Hahaha!”
“Berisik!”
***
Semenjak tau Zaynal memang orang jawa tulen dan masih berbicara dengan logat medhok Jawanya,Kiki tak lagi menyukai Zaynal dan tidak menganggapnya sebagai saudara kembar Zayn lagi. Sama dengan Kiki,Anggi dan Selly pun jarang pergi ke kelas Zaynal setiap istirahat berlangsung. Aku yang melihat tingkah mereka malah merasa geli karena orang yang mereka puja tak sesuai dengan yang diharapkan.
“Yang penting tampangnya toh! Ganteng tenan!” aku meniru gaya bicara Zaynal saat Kiki bilang tak suka lagi dengan dia.
“Ganteng sih ganteng,tapi jawa banget! Ilfeel tau!” protes Kiki.
“Mungkin lagi adaptasi,siapa tau nanti dia beneran keren. Jakarta punya!”
“Selama dia kaya gitu aku gamau jadi fansnya lagi. Cukup Zayn Malik yang asli!”
“Ya terserah deh...”
Semakin hari fans Zaynal Malik semakin berkurang. Bahkan Kiki,Anggi dan Selly tak mau lagi melihat Zaynal Malik. Mereka bilang Zaynal norak,kampungan dan tidak sekeren yang mereka bayangkan. Akhir-akhir ini aku sering melihat Zaynal berbicara dengan pak Jaenudin. Dua Zayn KW itu kelihatan akrab dan sering terlihat bersama saat jam pulang berakhir.
“Sumpah gue ilfeel liat Zayn!” teriak Anggi saat Kiki tengah menonton video tur One Direction di negara Asia.
“Jangan samain Zayn yang ini sama Zayn yang itu dong!” protes Kiki kesal. Sepertinya dia menyesal telah terhipnotis oleh pesona si Zaynal Malik.
“Iya beda,tapi kalo liat Zayn yang ini jadi inget Zayn yang itu!” balas Anggi.
“Sebenernya kalian ngomongin Zayn yang mana sih? Ada berapa Zayn disini?!” tanyaku tak kalah nyaring.
“Berisik! Gausah bahas!” Kiki cemberut dan langsung menutup laptopnya. Kegiatan browsing gratis pun dihentikan. Aku hanya angkat bahu,Anggi tetap misuh-misuh sedangkan Kiki memilih membaca majalah edisi spesial One Direction.
Siang ini rencananya sepulang sekolah,aku dan Kiki akan mencari bahan untuk kegiatan praktikum biologi besok.
“Ayo naik” Kiki keluar dari parkiran. Aku langsung duduk diboncengnya.
Saat menuju gerbang depan,pak Jaenudin menghampiri kami. Gerbang terkunci rapat,padahal ini sudah masuk jam pulang.
“Kok ditutup,pak?” tanyaku heran.
“Memangnya sudah pulang?” pak Jae melirik arlojinya.
“Jam bapak telat tuh,tadi bel udah bunyi kali. Tuh liat banyak anak-anak” aku menunjuk kerumunan siswa yang hendak keluar sekolah.
“Ekhm. Tunggu lima menit lagi” pak Jae kembali duduk.
Aku yang kesal segera turun dari motor.
“Ko gitu pak?” protesku.
“Ketentuannya kaya gitu. Gerbang dibuka tepat pukul 2”
Aku menatap jam tanganku,masih pukul 13.55 WIB. Menyebalkan.
Tidak ada satu anak pun yang berani protes. Mereka mematikan mesin motor dan duduk menunggu pintu gerbang terbuka. Semua takut melawan pak Jae. Beliau adalah satpam yang disegani banyak murid.
“Baru tau ada satpam kaya gitu” bisik Kiki. Aku mengangguk.
Tak lama muncul lah si Zaynal. Dia tersenyum padaku dan Kiki namun Kiki segera membuang muka. Dia duduk tak jauh dari kami yang berdiri didekat gerbang.
“Pade,ko masih tutup toh?” tanya Zaynal pada pak Jae.
Kiki menutup telinganya,dia tak tahan mendengar suara dan logat jawa Zaynal. Aku yang mendengarnya malah penasaran. Pade? Kenapa bisa?
“Bentar toh,peraturan” jawab pak Jae singkat.
“Eh lo ko manggil pak Jae pade sih?” tanyaku cepat. Kiki melirikku. Aku tak menggubrisnya.
“Iya dia ponakan saya” jawab pak Jae. Yang ditanya malah mengangguk tersenyum.
“Serius pak?” aku membulatkan mata.
“Iya pindahan dari Semarang. Orang tuanya kerja di Batam,jadi dia disini ikut saya” terang pak Jae.
Aku melirik Kiki dengan tatapan mengejek. Lagi-lagi Kiki hanya manyun. Sampai gerbang dibuka,Kiki menstater motornya dengan lesu.
“Ki,ga nyangka ya si Zayn itu masih sodaraan sama pak satpam!” aku terkekeh.
“Gak” Kiki menatapku lewat kaca spion.
“Pantes dia kaya gitu,ternyata sodaranya pak Jae!” lanjutnya kesal.
“Hoalah nduk,kalo jodoh mah ga kemana! Daripada ngarepin yang jauh,mending yang deket!” godaku.
Sepanjang jalan aku tersenyum geli,ternyata Zayn yang selama ini dielukan banyak gadis dunia masih bisa ditemukan di Indonesia tepatnya dipulau Jawa,hebatnya lagi dia adalah saudara dari satpam sekolahku. Anggi dan Selly harus tau ini!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar