S
|
eperti gadis remaja pada umumnya yang mengidolakan artis tampan,begitu
juga dengan Kiki Syafitri gadis berusisa 17 tahun yang duduk dibangku kelas 2
sekolah menengah atas swasta dipusat ibu kota. Siang ini entah yang keberapa
kalinya Kiki beserta teman-teman yang lainnya sibuk membicarakan grup idola
mereka,One Direction. Berisi 4 pria tampan asal Inggris dengan lagu mereka What Makes You Beautiful,hampir semua
anak perempuan dikelas ini mengidolai mereka. Termasuk Kiki dan kecuali aku.
“Ki,yang ini bagus!” Selly memperlihatkan tab barunya,dia baru saja mencari foto-foto kegiatan terbaru One
Direction dari sebuah situs internet.
“Itu kan pas mereka konser di Jepang!” respon Kiki.
“Gue denger mereka mau ke Indo?” tanya Anggi yang sibuk membaca majalah
remaja edisi One Direction.
“Ya,sekitar bulan depan”
“Lu nonton,Ki?”
“Maybe,kalo duit ada”
Aku yang mendengar percakapan mereka hanya mengulum senyum. Konser itu
bukan konser murah apalagi gratis. Itu konser mahal,harus pesan tiket dan rela
mengantri dapatkan tempat terbaik. Kalau dapat tribun paling jauh dari panggung
sama saja seperti melihat kumpulan semut sedang bernyanyi.
Tak ada kegiatan yang lebih membosankan selain berada didalam kelas
dengan puluhan fans fanatik suatu idola. Bukan hanya Kiki dan komplotan One
Directionnya,Lena dan beberapa gadis lain sibuk membicarakan artis Korea yang
tak kalah tenar dari idola Kiki.
“Aduh berisik! Jangan setel lagu keras-keras dong!” protes Kiki
disela-sela jam istirahat. Lena memutar playlist
berupa kumpulan lagu Korea dari handphonenya menggunakan speaker dengan volume
yang sengaja dikeraskan.
“Heh! Kamu juga kalo nyetel lagu One Direction keras-keras aja tuh!”
protes Lena balik.
“Tapi kan lagunya enak didenger! Emang ini apa? Emang kamu ngerti apa
artinya?!”
“Gabisa gitu dong! Dasar!”
“BERISIK!” teriakku kencang. “Kalian berdua sama aja tau! Gausah setel
musik apapun dikelas!” gerutuku kesal.
Lena manyun,Kiki tetap misuh-misuh. Kelas yang menyebalkan,keluhku.
***
Esoknya aku mengajak Kiki ke kantin,kebetulan dia tak sibuk seperti
biasa. Sibuk menikmati fasilitas wifi
demi kegiatan browsingnya seputar One
Direction.
“Sorry,aku menolak” tolak Kiki
tanpa menoleh sedikitpun.
“Kamu kenapa sih,masih kesel gara-gara kemarin aku marahin?” tanyaku
khawatir.
“Gak. Aku lagi puasa”
“Tumben”
“Demi tiket nonton konser!” Kiki mengepalkan tangannya ke udara layaknya
pejuang yang sedang memperjuangkan kemerdekaan atas hak-haknya selama ini.
“Terserah deh,pusing sama kalian”
Alhasil aku pergi ke kantin seorang diri. Hari ini Kiki lebih banyak
diam,tak bertingkah seperti biasa. Mungkin karena sedang berpuasa dia tak
bertingkah macam-macam demi menghemat energinya.
“Ki,ini kue sus terenak loh!” goda Anggi setibanya dikelas. Anggi membeli
banyak kue sus dari kantin dan sengaja menyantapnya didepan Kiki.
“Astagfirullah,menggoda orang berpuasa itu dosa” ucap Kiki halus.
“Lu beneran puasa ga sih? Perasaan tadi pagi sarapan?”
“Puasa beneran. Demi tiket nonton konser” jawab Kiki serius.
“Ups,sorry. Gue pikir lu cuma
diet doang”
“Eh eh kalo beneran nonton,titip tanda tangan Nial ya!” lanjut Anggi.
“Iya kalo ketemu”
“Ketemulah,masa gak”
“Tapi kalo ada jatah meet and greet
cuman satu,aku mau ketemu Zayn aja!” Kiki membulatkan matanya,bibirnya
melengkungkan senyum.
“Zayn? Ada dipos satpam” celetukku asal.
Anggi terbahak sampai-sampai dia tersedak kue susnya sendiri.
“Makanya gausah ketawa!” balas Kiki.
Disekolahku ada dua orang satpam. Salah satunya bernama pak
Jaenudin,namun anak-anak lebih suka memanggilnya pak Jae. Semenjak One
Direction booming di telinga para
remaja,nama panggilan pak Jae pun akhirnya diganti dengan pak Zayn. Sontak
seluruh Directioners alias penggemar berat One Direction memprotesi nama
panggilan itu. Sedangkan pak Jaenudin hanya mengulum senyum jika dirinya
dipanggil Zayn,salah satu siswa memberitahukannya kalau Zayn adalah artis luar
negeri yang berperawakan sama dengan beliau. Jelas pak Jaenudin merasa
tersanjung mendengarnya.
“Ki,kostumnya lagi diskon!” teriakku heboh saat membuka situs toko online
yang menjual kostum seluruh anime Jepang.
“Yang mana?” tanya Kiki.
“Ini!” tunjukku pada salah satu baju yang dipakai Naruto dalam anime
Naruto. Kami berdua sama-sama menyukainya.
“Dua ratus ribu?” Kiki menaikkan sebelah alisnya.
“Lumayan kan? Daripada harga awal 350!”
“Tunggu deh sampe 50 ribu”
“Ya mana bisa! Promonya cuma dua minggu!” teriakku kesal.
“Duitnya buat beli tiket,May” keluh Kiki. “Kalo mau beli duluan aja deh”
Aku terdiam. Tekad Kiki buat nonton konser sudah bulat. Kupikir hanya
sekedar rencana tanpa akhir yang sesuai.
“Yaudah deh,gue juga belinya nanti. Duit gue juga belum banyak” putusku.
“Serius?” mata Kiki berbinar.
“Emang kenapa?” tanyaku heran.
“Kalo kamu beli duluan,aku ga bakal
rela May,hehe” Kiki tertawa kecil.
***
Ini sudah lebih dari dua minggu Kiki
melakukan penghematan besar-besaran. Sudah dua minggu dia absen ke kantin. Dan sudah
kelima kalinya Kiki menolak ajakan Anggi pergi makan es krim disalah satu kafe
dekat sekolah. Biasanya Kiki paling anti menolak ajakan Anggi yang hobi wisata
kuliner meski kantong mereka bokek
parah.
“Ki,lu beneran jadi nonton?” tanya
Lena saat Kiki sibuk browsing seputar
berita One Direction.
“Jadi” jawab Kiki singkat tanpa
melirik ke arah Lena yang kini duduk disampingnya.
“Waah,kapan?”
“Gatau”
“Ko gitu? Tempatnya dimana? Tiketnya
berapa?” cerocos Lena.
“Gatau dan gatau”
“Beneran jadi nonton ga sih?” protes
Lena.
Kiki tak mempedulikannya lagi,Lena
terlalu cerewet dan berisik,Kiki tak suka mendengar celotehnya,telinganya
bising mendengar suara Lena yang melengking.
“Ih Kiki! Kalo One Direction konser bulan ini,bentrok sama Super Junior dong! Kayanya ga mungkin deh!” lanjut Lena tanpa
dikomando.
“Emang kamu mau nonton suju?”
“Gak sih,tiketnya mahal. Yang paling
murah sekitar 1,5 katanya”
“Mending one direction dong,yang murah aja ga nyampe jutaan”
“Super
Junior lebih dulu tenar ketimbang one
direction,jadi jelas mahal! Berkualitas!” ucap Lena nyaring.
“Aduh Lena! Bisa ga sih volume
suaranya dikecilin?! Bahkan Suju aja
gamau punya fans kaya kamu!” Kiki balas teriak.
***
Berita konsernya One Direction di
Indonesia menyebar luas dikalangan penggemar beratnya bahkan disekolah. Semua
sibuk bicarakan konser One Direction yang dilansir media akan diadakan awal
bulan April. Ini sudah memasuki akhir Maret di tanggal 29,artinya tinggal
beberapa hari lagi konser dimulai. Meski begitu,Kiki belum juga memesan tiket.
“Kamu kapan beli tiket? Kehabisan
loh” aku mengingatkannya.
“Gatau nih” jawab Kiki bingung. “Aku
kesana bareng Regina. Regina juga belum pesen tiket tuh”
“Regina anak kelas sebelah?”
“Yap!”
“Good
luck aja deh!”
Awal bulan nanti hari Sabtu,kudengar
konser dimulai pukul 17.00 WIB. Tapi Kiki merencanakan pergi dari pagi hari
agar bisa mengantri lebih awal. Padahal jarak dari rumah menuju tempat konser
tidak begitu jauh,hanya perlu waktu 3 jam untuk sampai didaerah Sentul.
“Berarti Sabtu lu bolos dong?” Anggi
mencomot cupcake yang dibawa Kiki dari rumah.
“Izin lah,masa bolos sih”
“Gimana caranya? Lu aja belum bilang
ke bokap nyokap”
“Ya itu mah gampang” respon Kiki
enteng.
“Sabtu itu ulangan Fisika sama
praktek olahraga tau. Lagian kalo lu sekolah dulu juga gapapa kan? Bubaran juga
jam 12” usul Anggi. Aku mengangguk setuju. Itu lebih baik daripada menyaksikan
Kiki duduk bersimbah keringat ikuti ulangan susulan fisika diruang guru seorang
diri.
“Tapi Kiki yakin,hari Sabtu ada acara
jadi ga ada kegiatan belajar” Kiki tersenyum yakin. Dasar orang yang terlalu
percaya diri.
Hari Jumat,sampai bel berbunyi Kiki
belum datang. Ku pikir dia tak masuk demi berangkat lebih awal ke tempat
konser. Nyatanya,setelah 10 menit bel dibunyikan Kiki datang dengan tampang
kusut dan langkah yang lesu.
“Ki gue pikir lu udah ke Sentul!”
celetuk Anggi saat Kiki duduk dibangkunya. Kiki tak menghiraukan celetukan
Anggi. Wajahnya sendu.
“Ki,kenapa?” aku menyikutnya pelan.
Kiki menopang wajahnya dengan kedua
tangannya. “Aku gagal nonton...” bisik Kiki pelan.
“Hah?! Gagal nonton?!” teriakku
keras. Sontak seisi kelas menoleh kearah kami,lebih tepatnya ke arah Kiki
karena kabar Kiki bakal nonton konser sudah diketahui oleh seisi kelas ini.
“Bisa ga sih gausah teriak!” Kiki
balas teriak.
Aku menutup mulutku refleks. Jelas
saja,ini kabar yang begitu mengejutkanku dan juga anak-anak kelas.
“Ayah ibu ga ngijinin,malahan aku
dimarahin” keluh Kiki.
“Duh,yaiyalah Ki. Orang tua mana yang
rela anaknya nonton konser mahal sendirian?”
“Tapi kenapa mereka bisa?!” Kiki
mulai dramatis.
Aku mengangkat bahu,jangankan
dia,bahkan aku pun untuk membeli komik Naruto volume terbaru harus sembunyi-sembunyi
agar tak ketahuan ibu.
“Regina gimana?” tanya Anggi
langsung.
“Dia jadi nontonlah,Sekar juga
ikutan. Mereka sih enak,punya tante yang jadi agen promotor” Kiki mendengus
kesal.
“Duit lo angus ga?”
“Belum beli tiket!”
“Baguslah,ga rugi-rugi amat” jawab
Anggi santai.
Kelas tetap heboh sampai jam
istirahat tiba. Jam pertama pagi ini kosong,guruku hanya memberi tugas untuk
dikumpulkan selepas jam pertama usai. Nyatanya sampai istirahat tiba tugas itu
belum ada satupun anak yang mengerjakannya. Dasar.
Lena dan yang lain sibuk bicarakan
konser Super Junior mereka yang baru digelar kemarin malam. Karena tak bisa
menonton langsung ditempat,Lena sengaja begadang agar bisa menyaksikan
siarannya lewat televisi sampai jam dua malam. Padahal itu konser dinegera tetangga,bukan
di Indonesia. Dan kabarnya Super Junior menunda jadwal konser mereka di
Indonesia sampai satu bulan setelah selesainya konser One Direction.
“Kenapa sih mereka se fanatik itu?
Emang mereka itu ga ada lagi yang mesti dipikirin ya?” gumamku.
“Kalo lu punya idola,lu ga beda jauh
kaya mereka” timpal Selly tiba-tiba.
“Tapi mereka terlalu fanatik,bahkan
Super Junior aja ga tau kalo mereka salah satu fansnya dia”
“Namanya juga fans,masih rela mati
aja demi nonton konser,nih!” Selly menyodorkan tabnya. Jelas terlihat dilayar,Selly sedang membuka situs media online,sebuah berita tentang salah satu
fans one direction yang mati karena kehabisan nafas saat berdesakan dengan
penggemar lainnya di bandara menanti kedatangan One Direction yang mendarat di
Indonesia sekitar 15 menit lalu.
“Tuh Ki,untung lo ga ikutan” aku
menunjukkan berita itu pada Kiki yang masih kesal karena batal bertemu Zayn.
“Itu sih derita dia!” Kiki
misuh-misuh.
***
Benar apa kata Kiki,Sabtu ini selepas
jam olahraga kami dibebaskan. Katanya guru-guru akan mengadakan rapat dengan
guru-guru dari sekolah lain. Kami yang mendengar kabar itu langsung melompat
kegirangan. Inilah surga bagi para pelajar. Kecuali Kiki,dia makin kesal karena
menurutnya dia merasa rugi. Andai dia jadi berangkat nonton konser,dia tak
perlu pusing-pusing pikirkan ulangan susulan fisika yang ternyata dibatalkan.
“Udah Ki,mending kita makan es krim
aja!” ajak Anggi riang.
“Eh bentar,Selly ga masuk ya?”
tanyaku heran. Sejak tadi pagi aku tak melihatnya.
“Gue denger Selly nonton one
direction,kemarin kakaknya dapet dua tiket!” jawab Lena.
“Apa?! Selly nonton?! Arrgh!” teriak
Kiki kesal.
Aku menelan ludah,sepertinya Kiki
benar-benar sewot akan kebatalannya bertemu Zayn yang asli.
Selepas menikmati es krim,aku pamit
pulang. Tapi Kiki malah mengajak Anggi pergi ketoko buku.
“Tumben?” Anggi merasa heran.
Palingan beli komik,pikir Anggi.
***
Senin pagi,sebelum upacara bendera
berlangsung Selly menunjukkan foto-fotonya ketika konser berlangsung. Bahkan
dia bisa memotret dirinya bersama Harry,karena Selly adalah penggemar berat
Harry.
“Si Regina sama Sekar foto sama
Zayn!” katanya membuat Kiki manyun.
“Tapi Ki tenang,ini foto close up nya Zayn pas konser!” tunjuk
Selly.
“Sama kaya yang diinternet” komentar
Kiki datar.
Sepanjang upacara bendera berlangsung
Selly tak hentinya menceritakan pengalamannya saat bertemu dengan One
Direction. Kiki muak,dia tak mau mendengar lagi cerita Selly.
“Ki,jadi beli kostum ga?” tawarku
pada Kiki. Aku masih tertarik membeli kostum Naruto meski harganya kembali
normal. Lagipula Kiki batal menonton konser,pasti uang tabungannya juga utuh.
“Entar aja deh”
“Kan lu ada duit”
“Udah abis. Kemaren gue beli katalog
One Direction sama pernak-perniknya” jawab Kiki enteng.
Menyebalkan,gumamku pelan.
Seperti biasa,selepas upacara bendera
kepala sekolahku memberikan pengumuman rutin mengenai kegiatan sekolah yang
akan diadakan minggu ini. Namun kali ini bukan seperti biasa,kepala sekolahku
mengenalkan salah satu murid pindahan dari kota lain. Dia satu tingkat dibawahku
namun wajahnya mirip dengan Zayn!
“Ki,liat itu!” tunjukku. Saat aku
menoleh Kiki tidak ada. Sepertinya dia sudah pergi meninggalkan lapangan
upacara bersama sebagian anak lainnya. Sayang dia tak menikmati pemandangan
indah ini. Dia mengenalkan namanya,Zaynal Malik. Nama yang hampir mirip dengan
Zayn Malik One Direction. Sontak semua anak yang masih berada dilapangan
berteriak heboh,pesona anak baru itu sudah memikat banyak gadis-gadis satu
sekolahan.
“Eh tadi ada apaan sih? Heboh banget
sampe kedengeran dari kantin” tanya Kiki heran.
“Ada murid baru” jawabku kalem.
“Emang cakep ya?” tanya Anggi
penasaran.
“Dia itu Zayn Malik kw!” Selly
berbinar.
“Ah masa?” Kiki tak percaya.
“Serius! Dia adik kelas kita,kalo ga
percaya nanti istirahat gue tunjukin!”
***
Langkah Selly terburu-buru,Kiki dan
Anggi membuntutinya dari belakang. Aku yang awalnya tak berniat ikuti mereka
malah jalan beriringan dengan Kiki,lumayan melihat si tampan cukup membuat
nafsu makanku tertahan.
Kelas itu ramai,ruangan kelas yang
bahkan jarang kulewati. Sekarang koridornya penuh sesak,itu gara-gara murid
baru yang tampan. Ketampanannya bukan hanya memikat kami bahkan senior diatas
kami ikut-ikutan mengantri melihat wajahnya.
“Ih apaan sih,norak banget!” gerutu
Anggi kesal saat melihat keributan kecil didepan kelas Zayn.
“Tuh,tuh liat! Itu Zayn kw!” teriak
Selly heboh sambil menunjuk salah seorang anak yang duduk dibangku belakang.
Kami melihatnya dari balik jendela.
“Zayn!” pekik Kiki heboh. Anggi
ikut-ikutan berteriak heboh.
“Kalian juga norak” gumamku.
Selly,Anggi dan Kiki masih bertahan
melihat Zayn dari dekat. Aku yang sudah tak tahan dengan udara pengap memilih
pergi dan kembali ke kelas. Kulihat Regina dan Sekar ikut berlari kearah kelas
Zayn.
“Kalian...” sapaku.
“Itu kelas Zayn kan? Ayo,Kar!” Regina
menarik tangan Sekar.
“Heh kalian kan udah ketemu Zayn
asli!” protesku.
Regina dan Sekar tidak
mempedulikanku. Menyebalkan,gerutuku kesal.
Jam pelajaran matematika akan
dimulai,waktu istirahat sudah habis sejak sepuluh menit lalu namun Selly,Anggi
dan Kiki masih terjebak dalam kerumunan fans Zayn kw.
Untungnya sebelum guru matematikaku
datang mereka sudah kembali ke kelas.
“Sumpah ganteng banget!” Anggi
menatap layar handphonenya dengan mata berbinar.
“Ini lebih jelas!” Selly tak mau
kalah,dia menunjukkan tabnya yang
kini dipenuhi foto Zaynal.
“Kalian norak banget sih” ucapku
pelan.
“Eh ini jatahku ya! Anggi,kamu kan
suka Nial! Selly kamu juga suka Harry dan kemaren kamu udah nonton konsernya
secara live! Ini pertanda aku jodoh sama Zayn!” ucap Kiki nyaring.
“Norak...” responku.
“Apaan sih,masih gantengan Kyu Hyun
kalee” Lena menimpali. Sontak Kiki menatapnya tajam “Bilang aja iri ga bisa
ketemu Kyu Hyun disekolah!” balas Kiki.
***
Setiap kali pergi ke kantin,Kiki
selalu melewati kelas si Zaynal. Meskipun memakan waktu lama karena harus
memutari lorong kelas namun Kiki tak peduli,yang penting bisa melihat Zayn.
Kali ini aku,Selly,Anggi dan Kiki
duduk disalah satu meja di kantin. Kami tengah menunggu pesanan sampai si Zayn
KW lewat didepan kami.
“Zayn!” Kiki berteriak,si Zaynal itu
langsung menoleh.
“Eh..hai” sapa Kiki malu. Sepertinya dia
salah tingkah.
“Temenku ini ngefans sama
kamu,katanya kamu mirip Zayn Malik artis itu” aku menerangkan.
Lagi-lagi dia hanya tersenyum.
“Nyuwun sewu toh mbak,makasih yo”
ucapnya sambil berlalu pergi.
Aku membulatkan mata,ketiga makhluk
itu pun tak kalah kagetnya. Si Zaynal itu ternyata wong Jowo!
Berkali-kali aku tertawa saat
menyantap makan siangku dikantin. Lucu juga,Zaynal yang kupikir sama coolnya
dengan Zayn Malik malah berlogat jawa medhok seperti itu.
Kiki manyun sedangkan Anggi
mendeklarasikan bahwa dirinya tak lagi memuja si Zaynal. Selly diam menatap
makanannya dengan tak berselera.
“Zayn bener-bener cinta Indonesia ya”
aku terkekeh menggoda Kiki.
“Itu kan kw,jelas kaya gitu!” bela
Kiki.
“Tapi siapa sangka? Yang dipikir dia
sama kerennya kaya Zayn Malik dan pindahan dari kota tetangga,malah buangan
dari Jawa! Hahaha!”
“Berisik!”
***
Semenjak tau Zaynal memang orang jawa
tulen dan masih berbicara dengan logat medhok Jawanya,Kiki tak lagi menyukai
Zaynal dan tidak menganggapnya sebagai saudara kembar Zayn lagi. Sama dengan
Kiki,Anggi dan Selly pun jarang pergi ke kelas Zaynal setiap istirahat
berlangsung. Aku yang melihat tingkah mereka malah merasa geli karena orang
yang mereka puja tak sesuai dengan yang diharapkan.
“Yang penting tampangnya toh! Ganteng
tenan!” aku meniru gaya bicara Zaynal saat Kiki bilang tak suka lagi dengan
dia.
“Ganteng sih ganteng,tapi jawa
banget! Ilfeel tau!” protes Kiki.
“Mungkin lagi adaptasi,siapa tau
nanti dia beneran keren. Jakarta punya!”
“Selama dia kaya gitu aku gamau jadi
fansnya lagi. Cukup Zayn Malik yang asli!”
“Ya terserah deh...”
Semakin hari fans Zaynal Malik
semakin berkurang. Bahkan Kiki,Anggi dan Selly tak mau lagi melihat Zaynal
Malik. Mereka bilang Zaynal norak,kampungan dan tidak sekeren yang mereka bayangkan.
Akhir-akhir ini aku sering melihat Zaynal berbicara dengan pak Jaenudin. Dua
Zayn KW itu kelihatan akrab dan sering terlihat bersama saat jam pulang
berakhir.
“Sumpah gue ilfeel liat Zayn!” teriak
Anggi saat Kiki tengah menonton video tur One Direction di negara Asia.
“Jangan samain Zayn yang ini sama
Zayn yang itu dong!” protes Kiki kesal. Sepertinya dia menyesal telah
terhipnotis oleh pesona si Zaynal Malik.
“Iya beda,tapi kalo liat Zayn yang
ini jadi inget Zayn yang itu!” balas Anggi.
“Sebenernya kalian ngomongin Zayn
yang mana sih? Ada berapa Zayn disini?!” tanyaku tak kalah nyaring.
“Berisik! Gausah bahas!” Kiki
cemberut dan langsung menutup laptopnya. Kegiatan browsing gratis pun dihentikan. Aku hanya angkat bahu,Anggi tetap
misuh-misuh sedangkan Kiki memilih membaca majalah edisi spesial One Direction.
Siang ini rencananya sepulang
sekolah,aku dan Kiki akan mencari bahan untuk kegiatan praktikum biologi besok.
“Ayo naik” Kiki keluar dari parkiran.
Aku langsung duduk diboncengnya.
Saat menuju gerbang depan,pak
Jaenudin menghampiri kami. Gerbang terkunci rapat,padahal ini sudah masuk jam
pulang.
“Kok ditutup,pak?” tanyaku heran.
“Memangnya sudah pulang?” pak Jae
melirik arlojinya.
“Jam bapak telat tuh,tadi bel udah
bunyi kali. Tuh liat banyak anak-anak” aku menunjuk kerumunan siswa yang hendak
keluar sekolah.
“Ekhm. Tunggu lima menit lagi” pak
Jae kembali duduk.
Aku yang kesal segera turun dari
motor.
“Ko gitu pak?” protesku.
“Ketentuannya kaya gitu. Gerbang
dibuka tepat pukul 2”
Aku menatap jam tanganku,masih pukul
13.55 WIB. Menyebalkan.
Tidak ada satu anak pun yang berani
protes. Mereka mematikan mesin motor dan duduk menunggu pintu gerbang terbuka.
Semua takut melawan pak Jae. Beliau adalah satpam yang disegani banyak murid.
“Baru tau ada satpam kaya gitu” bisik
Kiki. Aku mengangguk.
Tak lama muncul lah si Zaynal. Dia
tersenyum padaku dan Kiki namun Kiki segera membuang muka. Dia duduk tak jauh
dari kami yang berdiri didekat gerbang.
“Pade,ko masih tutup toh?” tanya
Zaynal pada pak Jae.
Kiki menutup telinganya,dia tak tahan
mendengar suara dan logat jawa Zaynal. Aku yang mendengarnya malah penasaran.
Pade? Kenapa bisa?
“Bentar toh,peraturan” jawab pak Jae
singkat.
“Eh lo ko manggil pak Jae pade sih?”
tanyaku cepat. Kiki melirikku. Aku tak menggubrisnya.
“Iya dia ponakan saya” jawab pak Jae.
Yang ditanya malah mengangguk tersenyum.
“Serius pak?” aku membulatkan mata.
“Iya pindahan dari Semarang. Orang
tuanya kerja di Batam,jadi dia disini ikut saya” terang pak Jae.
Aku melirik Kiki dengan tatapan
mengejek. Lagi-lagi Kiki hanya manyun. Sampai gerbang dibuka,Kiki menstater
motornya dengan lesu.
“Ki,ga nyangka ya si Zayn itu masih
sodaraan sama pak satpam!” aku terkekeh.
“Gak” Kiki menatapku lewat kaca
spion.
“Pantes dia kaya gitu,ternyata sodaranya
pak Jae!” lanjutnya kesal.
“Hoalah nduk,kalo jodoh mah ga
kemana! Daripada ngarepin yang jauh,mending yang deket!” godaku.
Sepanjang jalan aku tersenyum
geli,ternyata Zayn yang selama ini dielukan banyak gadis dunia masih bisa
ditemukan di Indonesia tepatnya dipulau Jawa,hebatnya lagi dia adalah saudara
dari satpam sekolahku. Anggi dan Selly harus tau ini!