Kamis, 22 September 2011

Cerpen : "Lu Maling Ya?"



“ Argh !” teriak Elsa kesal,dia membanting tasnya. Suasana kelas tidak begitu ramai karena   jam istirahat sedang berlangsung,hanya ada Elsa dan Nuri dikelas.
“Aduh,Sa. Kenapa sih lu?” Nuri membantu membereskan buku-buku Elsa yang berserakan dilantai.
“Alfalink gue,Nur. Lenyap!” Elsa duduk dibangkunya dengan wajah gelisah. Sesekali ia menggigit jempolnya.
“Alfalink yang lu bilang keluaran terbaru itu?” Tanya Nuri.
“Iya” jawab Elsa lirih.
“Itu kan mahal banget Sa”.
“Iyalah,monyet tuh maling !” umpat Elsa kesal.
“Hust,sabar dulu Sa” Nuri mencoba menenangkan.
TETT TETT TETTETTT..
Bel tanda usainya jam istirahat kedua berbunyi. Anak-anak langsung berhamburan kedalam kelas.
Terlihat Alvin sang ketua kelas sedang mencoba mengabsen anak buahnya,barangkali ada yang masih tertinggal dikantin dan mencoba untuk bolos dipelajaran selanjutnya.
“Gila,gue sampe ga jajan” Elsa melirik jam tangannya. Waktu istirahat sudah habis,terpaksa ia menahan lapar sampai jam pulang tiba.
“Suruh siapa ga kekantin? Tadi gue ikut traktiran si Dodot anak kelas D” Boy menimpali.
“Lu mah,urusan makan number one !” balas Elsa kesal.
“Halah,kutu kupret !” umpat seseorang,ternyata itu suara Alvin yang terdengar dari pojok kanan belakang,tempat duduk Alvin.
“Kenape bos?” Tanya Boy seraya menghampiri Alvin yang tengah mengobrak abrik isi tasnya.
“WOY ! flashdisk gua ilang !” teriak Alvin heboh. Seisi kelas langsung menoleh pada Alvin yang sibuk mencari benda mungil berharganya itu.
“Gue setuju sama Alvin !” cerocos Elsa.
“Ilang kok setuju?” Alvin bingung.
“Vin,barusan pas istirarahat gue kehilangan alfalink baru gue !”
“Kok bisa?”
“Pasti ada maling disini” jawab Elsa curiga.
“Udah jangan saling nuduh dulu” Nuri mencoba menenangkan. Kelas mulai gaduh,semua siswa sibuk membicarakan siapa pelakunya.
“Interogasi aja guys ! Mumpung jam terakhir kita kosong” celetuk Boy.
“Setuju !” tanggap Elsa. Sepertinya dia sudah tidak sabar mencari siapa pencuri alfalink barunya itu.
“Gimana?” Nuri mengangkat bahu.
“Udah,geledah semua isi tas ! Boy,Alvin bantu gue !” perintah Elsa.
Alvin cengoh,bukannya dia yang menjabat sebagai ketua kelas? Kenapa Elsa yang main perintah?
Jam pelajaran terakhir dipakai mereka untuk menggeledah isi tas murid kelas 9B ini,untung saja pa Agus selaku guru bahasa inggris mereka tak datang mengajar hari ini. Hampir seluruh isi tas juga semua tempat dikelas sudah digeledah,tapi mereka tak berhasil menemukan bukti apapun.
“5 menit lagi bel pulang,tapi kita ga nemu apa-apa” Boy duduk dibangkunya dengan perasaan kecewa.
“Halah,malingnya pinter bener !” sindir Elsa sambil sesekali melirik keberbagai sudut,mungkin saja ada yang bermimik aneh yang menyimpan suatu kebohongan.
“Guys,udahlah,masalah ini jangan disebarluaskan. Oke?” ujar Alvin. Semua murid mengangguk.
“Ikhlasin aja ya Sa” Nuri mencoba menenangkan Elsa yang masih cemberut.
“Eh,Boy ! Lu sependapat ga kalo yang nyolong anak kelas lain?” Tanya Elsa saat bel pulang berbunyi.
Boy hanya mengangkat bahu sambil membereskan bukunya.
“Udahlah Sa,jangan asal nuduh” nasehat Alvin.
“Gue kesel Vin !” Elsa mendobrak pintu kelas. Yang lain hanya mengelus dada. Siapa yang berani menentang Elsa yang sering disebut preman itu? Jelas saja Elsa marah besar karena ia memang tidak suka dengan namanya pencuri.
“Sa..” seseorang menepuk pundak Elsa. Elsa yang tengah berdiri menunggu angkot pun kaget.
“Eh,Tiara” Elsa membalikkan badannya.
“Sa,gue juga pernah kehilangan dikelas” ujar Tiara lirih.
“Kehilangan apa?” Tanya Elsa heran.
“Duit gue,buat bayar bulanan sekolah” Tiara menjawab pelan.
“Gila,berarti kelas kita bener-bener ada maling dong?” tebak Elsa.
“Maybe,tapi tadi lu geledah kaga ketemu kan? Gue curiga mungkin anak kelas lain yang sering main kekelas kita” Tiara ikut menerka.
“Umm,rombongannya Dodot? Tapi mereka baik ah,gue kenal banget siapa mereka,gue kan pernah sekelas” Elsa membuang pikiran buruknya jauh-jauh.
“Siapa tau kan,Sa. Mereka muka dua” bisik Tiara.
Elsa malah bergidik ngeri membayangkan apa yang dikatakan Tiara jika benar. Tapi Elsa tak langsung percaya,dia kenal betul siapa Dodot. Walaupun anaknya badung,tapi dia tak pernah terlibat kasus pencurian.
“Tadi pas istirahat gue liat dia neraktir anak-anak” lanjut Tiara.
“Ya tapi kita jangan asal nuduh Ra” bela Elsa.
“It’s ok. Gue balik dulu” Tiara melambaikan tangannya pada Elsa. Elsa hanya membalasnya dengan senyuman.

Suasana kelas mulai gaduh kembali saat Alvin kembali kehilangan sesuatu,padahal bel masuk belum berbunyi tapi dia sudah kehilangan benda miliknya.
“Apa lagi yang ilang?” Elsa melongok kolong meja Alvin.
“Barusan gue dateng pagi,gue bawa headphone,terus gue dipanggil bu Rahma,pas gue balik headphonenya ilang” Alvin cemas.
“Siapa yang tinggal dikelas waktu lu kaga ada?” Tanya Elsa curiga.
“Ada gue,tapi sumpah gue sibuk maen game disini” Ardi menunjuk laptopnya.
“Ya,gue percaya kok Di” sanggah Alvin.
“Selain Ardi?” Tanya Elsa kembali.
Semua menggeleng,memang hari ini banyak siswa yang datang terlambat. Buktinya masih ada beberapa bangku kosong,padahal bel masuk tinggal 3 menit lagi.
“Vin,ini masih pagi,tuh maling masih ileran. Mungkin ketinggalan dirumah” seru Boy.
“Bener tuh Vin,mungkin lu belum masukin  ke tas” Nuri menanggapi.
“Sumpahlah,gue beneran jamin,gue inget betul !” Alvin mencoba mengingat,tapi dia yakin dia sudah menaruhnya kedalam tas.
“Tapi tunggu deh,masa tuh maling tau lu sekarang bawa headphone?” Nuri curiga. Yang lain manggut manggut.
“Gampang itu mah ! Semua tau kan si Alvin tajir,sering bawa gadget atau benda mahal lainnya kesekolah” Boy menimpali.
“Masuk akal” Elsa menjentikkan jarinya.
“Jadi?” Tanya Boy bingung.
“Peringatan buat semuanya,jangan bawa gadget atau benda mahal lainnya yang kaga perlu” teriak Elsa didepan semua anak-anak kelas 9B itu.
“Ya” jawab mereka serempak.
“Gue gimana?” wajah Alvin pucat,kemarin baru saja kehilangan flashdisk,sekarang kehilangan headphone.
“Sabar ya Vin” Nuri memberi support.
“Lapor BK aja” usul Ardi.
“Setuju !” seru anak-anak.
“Selidiki aja dulu,paling pelakunya ga jauh dari sini” sergah Boy.
“Tapi kalo ga ketemu,makin banyak yang ilang,bisa-bisa kertas ulangan nilai nol juga ngilang !” protes Ardi.
“Udah,jangan bahas dulu. Bel udah bunyi” perintah Elsa. Yang lain kembali ketempat masing-masing.
Saat jam istirahat tiba..
“Semua,gue pengen bahas masalah pencurian ini !” teriak Elsa.
“Jadi kita kaga jajan?” protes Ardi.
“Halah,tahan dulu ! Demi kepentingan bersama nih” balas Elsa.
“Gue pengen tau,siapa aja yang pernah kehilangan dikelas ini” Elsa memulai rapatnya.
“Sebenernya 2 minggu lalu gue kehilangan uang jajan seminggu gue yang lima puluh rebu” Ardi angkat tangan. Elsa mengangguk.
“Gue,Sa. Sama kaya lu,alfalink gue ilang” kini giliran Tami,cewe pendiem dikelas.
“Kalo gue charger BB gue” Putri unjuk jari.
“Hah?” teriak Boy kaget.
“Udah lama,3 minggu yang lalu pas kita ada jam tambahan,gue biasa bawa charger tiap pulang sore. Tapi baru kali ini ilang” Putri angkat bahu.
“Kenapa ga pada bilang sih?” Elsa misuh-misuh.
“Heh,gue pikir gue tuh kelupaan,taunya beneran ilang ! Lagian lu mau gantiin barang yang ngilang?” cerocos Ardi.
“Iya iya. Terus apa lagi?” Elsa kembali menginterogasi.
“Gue Sa..” Boy angkat tangan,semua menoleh dengan tatapan curiga.
“Apa?” Tanya Elsa ketus.
“Gue kehilangan hal terpenting dalam hidup gue”
“Apaan?” Elsa mulai gusar.
“Cinta gue,Monita..dia pindah sejak 3 bulan lalu dari kelas kita,gue ngerasa kehilangan” Boy pura-pura terisak. Yang lain kelihatan geram dan tidak memperdulikan Boy lagi.
“Ada lagi?” Elsa mengalihkan pembicaraan.
“Banyak Sa,sebenernya sebagian besar dari kelas kita banyak yang kehilangan barang atau duit” jawab Putri.
“Tapi kita semua ga berani lapor,takutnya kita yang teledor atau kelupaan. Tapi setelah elu,Alvin dan yang lainnya kehilangan juga,kita-kita yakin banget ada maling disini” lanjutnya.
Elsa manggut-manggut.
“Udah,bener kata Ardi. Lapor wali kelas atau BK” usul Alvin. Sepertinya ia mulai putus asa.
“Kemarin kita geledah geledah kaga ada tuh ditas kalian,jangan –jangan tuyul lagi” celetuk Boy sekenanya.
“Gila ! Mana ada tuyul nyolong gadget !” Nuri terlihat kesal.
“Tapi ada yang kehilangan duit kan?” tukas Boy.
“Ya tapi berpikir logis dong !” teriak Nuri.
Elsa berpikir sama dengan Boy. Kemarin ia sudah menggeledah isi tas semua anak,tapi tetap saja tak menghasilkan apapun. Kalau dipikir lagi tidak mungkin juga sih makhluk halus yang ngambil. Yah,walaupun sekolahnya adalah sekolah tua tapi mana ada sih tuyul nyolong charger BB,flashdisk,serta gadget lainnya?
“Anak kelas lain?” Elsa menimpali. Semua berpandangan.
“Ga mungkin !” Boy teriak.
“Apanya yang ga mungkin?”
“Pasti mereka juga kerja sama bareng anak kelas ini” jawab Boy curiga.
Semua terlihat tegang,takut – takut ada yang memfitnah mereka dan menjadikan salah satu dari mereka pelakunya. Lama sudah mereka berdiskusi tentang masalah pencurian ini,sampai-sampai waktu istirahat telah habis.
Sepanjang jam pelajaran berlangsung,Elsa terus memikirkan pelaku dari semua kasus pencurian yang terjadi dikelasnya. Dia tidak berkosentrasi mengikuti pelajaran matematika kali ini.
Tiara mencolek lengan Elsa,dia duduk tak jauh dari tempat Elsa.
“Sa..” panggil Tiara.
Elsa menoleh.
“Sa,lu kaga curiga sama satu orang?” bisik Tiara.
Elsa menggeleng.
“Coba lu perhatiin Ria,dia kaga pernah kehilangan apapun. Dan lebih anehnya lagi,selama terjadi kasus pencurian,dia sering bawa benda bagus ke sekolah,gadgets barunya juga kayanya mahal” Tiara melirik ke  arah Ria yang akhir-akhir ini menjadi diam.
“Tapi kan Ra” Elsa tak yakin.
“Kenapa lagi? Kita semua tau kan dia tergolong anak ga mampu,sering masuk daftar panggilan siswa yang telat bayar iuran ataupun bulanan sekolah” Tiara mencoba meyakinkan.
“Liat ntar deh” Elsa kembali keposisi duduknya semula.
Bel tanda pulang berbunyi. Jika biasanya anak-anak berhamburan keluar kelas dengan gembira kini tidak. Mereka kelihatan lesu memikirkan pencurian dikelas mereka. Mereka takut kalau pencurinya belum tertangkap akan banyak benda – benda yang hilang.
“Ria..” Elsa mendekati Ria yang sibuk membereskan perlengkapannya,termasuk netbook barunya.
“Kenapa?” Tanya Ria kalem.
Boy , Alvin dan Nuri ikut mendekat,mereka sempat mendengar pembicaraan Elsa dan Tiara disela – sela pelajaran berlangsung.
“Lu jadi sering bawa gadget anyar kesekolah,keren-keren lagi” Elsa memulai pembicaraan.
“Thanks,ini pemberian dari paman gue yang kerja di singapur” Ria tetap kelihatan santai.
“Semuanya?” Tanya Elsa heran.
“Ya” Ria menjawab singkat.
“Kok bisa sih,bukannya elu sering masuk daftar pencarian siswa di ruang TU ya? Tiap ada iuran atau bayaran bulanan lu kan selalu nunggak” sindir Boy. Nuri dan Elsa mendelik.
“Itu dulu,sekarang gue dapet beasiswa berkat olimpiade sains yang gue ikutin bulan lalu” Ria beranjak dari bangkunya.
“Tunggu” cegah Alvin.
“Gue tau,lu semua curiga sama gue. Emang gue salah juga sih ngasih sinyal buruk kekalian” ucap Ria saat ingin keluar kelas.
“Maksud lu?” Elsa,Nuri dan Alvin saling berpandangan heran.
“Yah,selama kasus pencurian yang terjadi dikelas kita,gue jarang ngomong,banyak diem,jarang diskusi atau kumpul. Dan jujur,gue juga belum pernah kehilangan dikelas ini” jawab Ria.
“Terus?” Boy melirik.
“Terus gue juga sering bawa benda mewah kesekolah,gadgets anyar,bahkan sekarang gue punya blackberry”
“Lu dapet semua itu dari mana?” cerca Boy. Elsa menutup mulut Boy.
“Udah,Sa gapapa. Jujur,lu boleh nanya langsung ke paman gue. Semua gadgets yang gue punya pemberian dari paman gue. Ini barang bekas tapi kualitas masih bagus” terang Ria.
“Dan perlu lu tau,gue bawa semua ini sengaja,sengaja mancing. Gue pengen tau apa lu curiga ke gue?” Ria melanjutkan.
“Iya. Itu masuk akal Ri. Gue percaya dan yakin lu bukan malingnya” Alvin meyakinkan.
“Kok gitu?” Boy heran.
“Tentang beasiswa,gue tau kok,Ria emang dapet,waktu itu gue pernah baca dikoran. Lu masuk Koran Ri. Tentang gadgets,itu masuk akal Boy. Kalo dia yang nyuri semua barang kita masa iya bisa dijual dan dibeliin gadget semahal ini? Banyak pula. Kan yang dicuri banter banter alfalink,flashdisk,headphone” Alvin menjelaskan.
“Duitnya?” pancing Boy.
“Yang kehilangan duit,nominal paling gede punya si Ardi,lima puluh rebu” jawab Alvin.
“Bentar deh,Tiara pernah bilang dia pernah kehilangan duit bayaran bulanannya dikelas” Elsa mencoba mengingat.
“Aneh ah,masa ga heboh sih? Dia ga bilang ke kita-kita. Lagian ya,gue tuh tau banget si Tiara tuh rutin bayar bulanan tanpa kehilangan duit” sela Nuri.
“Bener banget !” Boy menimpali.
“Kehilangan? Justru dia yang ngilangin” Ria menambahkan.
“Maksud?” Elsa tambah tak mengerti.
“Kalau ia bener kehilangan,otomatis dia ga bayaran dong. Lagian kita semua tuh tau kan,tiap ada iuran kelas atau lainnya dia sering protes sendiri biar nominalnya kecil. Tapi gue liat dibuku bayarannya,dia rutin bayar bulanan diawal bulan dan ga ada yang lewat dari tanggal 10” Ria mencoba menjelaskan.
“Masuk akal” Alvin merespon.
“Harusnya kalian curigai orang yang udah nuduh aku sembarangan” Ria berlalu pergi.
Elsa,Alvin,Boy dan Nuri tetap diam dikelas. Suasana sekolah sudah mulai sepi,hanya ada beberapa siswa yang tinggal untuk mengikuti ekstrakulikuler.
“Guys,gue ada ide !” Elsa menjentikkan jarinya.
“Apaan?” Boy mengernyitkan dahi.
“Liat besok” Elsa tersenyum penuh misteri.
Esoknya,jam pertama adalah jam olahraga. Semua siswa berkumpul dilapangan,tak lupa mereka membawa botol minuman masing-masing.
2 jam berselang,pelajaran olahragapun usai,semua kembali kekelas,ada yang langsung menuju kantin.
“Sial,minum gue ngilang” umpat Tiara.
“Kebawa gue,tadi keminum” Boy cengengesan sambil memegang botol air mineral milik Tiara yang habis diminumnya.
“Udah,gue bawa minum nih,tapi jangan diabisin” Elsa menyodorkan botol minum miliknya.
“Thanks” Tiara meneguknya.
“Ups,sorry sa,gue ga sengaja ngabisin,gue haus banget” Tiara mengelap mulutnyaa yang basah.
“Yah,elu mah diabisin” keluh Elsa.
“Tenang,gue bakal ganti,yuk kekantin” Tiara menggaet lengan Elsa,tapi Elsa menepisnya.
“Bukan gitu,Ra. Itu air buat sekelas,kebetulan sodara gue punye kenalan orang pinter. Gue minta air ini dijampi-jampi gitu supaya kita tau kalo yang minum terus bermasalah berarti dia maling dikelas kita” Elsa melirik Tiara yang tiba-tiba saja pucat.
“Ta..tapi..” Tiara gugup.
“Udah deh,gapapa. Lagian gue yakin elu bukan malingnya,besok gue minta lagi ama orangnya” Elsa meninggalkan Tiara yang masih kelihatan tegang.
“Tuh kan bener,dia keliatan pucet” Nuri mengawasi.
“Dia bener-bener maling” Boy menambahkan.
“Iya,gue setuju sama Boy !” Alvin tiba-tiba muncul dengan raut wajah kesal.
“Kenape?” Tanya Elsa.
“Gue barusan kekantin,bu kantin bilang,kemaren Tiara nitip ini kekantin terus bakal diambil pas pulang sekolah,taunya dia lupa. Dan bu kantin nyuruh gue ngembaliin ini ke dia” Alvin menunjukkan headphone kesayangannya yang hilang kemarin pagi.
“Itu milik lu kan?” Elsa memastikan.
“Iyalah,liat nih ada nama guenya” jawab Alvin kesal.
“Kita jebak dia pas jam masuk,gue ada ide” kini giliran Nuri yang menyusun rencana.
Setelah istirahat usai,Nuri berdiri didepan dan menyuruh semua temannya duduk dibangku masing-masing.
“Ada apaan Nur?” Tanya Ardi heran.
“Diem aja,jangan ribut,entar bu Rahma dateng” jawab Nuri pelan.
“Iya bener,kalo kita ribut,bu Rahma bakal denger kegaduhan kita terus masuk deh kekelas kita,betee” lanjut Boy.
“Ra,bu kantin nitip ini ke gue katanya kemarin lu tinggalin dikantin” Elsa memancing dengan suara agak keras,agar semua anak dikelas menoleh kearahnya.
“Eh..iya” Tiara gugup.
“Woy ! Apaan tuh?” teriak Alvin pura-pura heboh saat melihat headphone yang diacungkan Elsa.
“Punya Tiara,ketinggalan dikantin” jawab Elsa.
“Elu maling ya? Liat ini !” Alvin mengambil headphonenya dari tangan Elsa dan menunjukkan tulisan nama lengkapnya yang tertempel di headphone tersebut.
“Jadi elu yang ngambil headphone itu terus dititipin kekantin biar pas ada pemeriksaan lu ga ketangkep?” cerca Ardi.
Tiara hanya diam gemetaran. Wajahnya pucat.
 “Eh..gue..” Tiara mencoba membela diri.
“Ra,tadi pagi lu barusan minum air sakti,kalo lu bohong lu bakal sakit Ra” ancam Elsa.
“Iya..maafin gue temen-temen..” Tiara terisak.
Ardi,Putri dan anak – anak lainnya yang pernah menjadi korban hanya menatap Tiara dengan kesal.
“Mau lu apa sih? Perasaan lu tajir deh,dulu sering bawa gadgets yang jarang orang punya,mau nyombong?” teriak Ardi.
“Sabar bro,lu kan kehilangan lima puluh rebu doang” Boy menenangkan.
“Itu berharga bagi gue Boy ! Gue sampe ga pernah jajan seminggu dan nyokap kaga percaya lagi ama gue !”
“Semua barang mewah,gadgets yang sering gue bawa itu bukan punya gue..” lirih Tiara.
“Terus?” Nuri mendelik.
“Itu punya anak dari bos bokap gue,kita sering main bareng,dia juga sering minjemin gadgetsnya ke gue” Tiara menangis.
“Hasil curian lo?” Tanya Putri sinis.
“Gue..gue jual,sebagian ada yang gue pake” aku Tiara.
“Duitnya?” Tanya Putri lagi.
“Gue beliin barang-barang yang gue pengen” sesal Tiara.
“Well,kita udah tau siapa malingnya. Harusnya lo jujur,jangan kaya gini” Elsa mencairkan suasana agar Tiara tak menjadi bulan-bulanan anak-anak.
“Halah,monyet lu ! Kalo gapunya barang mewah gausah nyombong,make nuduh-nuduh yang laen !” umpat Ardi.
“Iya,syukuri aja apa yang kamu punya” Ria menambahkan.
“Terlalu elu mah,kena pengaruh lingkungan. Kalo gabung ama yang tajir-tajir,tiap ada iuran protes setiap saat” sindir Boy.
“Gue ngaku salah,tolong jangan laporin gue ke BK” isak Tiara.
“Ga bisa,lu kudu direhab. Kita tetep laporin lu tapi kita ga nuntut lu dihukum,karena lo udah jujur” Elsa tersenyum
“Thanks” Tiara memeluk Elsa . Dia benar-benar beruntung memiliki teman-teman yang baik dan berjiwa pemaaf seperti mereka.
Yah,akhirnya kasus pencurian sudah terungkap tanpa bantuan dari pihak sekolah,walaupun kini mereka harus merelakan barang yang dicuri karena Tiara sudah menjualnya tanpa sanggup menggantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar