Hari
masih pagi. Bel masuk berbunyi masih 30 menit lagi. Aku sudah tiba
disekolah,menuju kelasku menyusuri lorong yang sepi. Hari ini aku datang lebih
awal,takut kalau kejadian kemarin terulang kembali. Aku terlambat 10 menit dan
tidak di izinkan mengikuti kegiatan belajar selama satu hari penuh.
Cih,masih
sepi,gumamku kesal.
Kelas
kosong,hanya aku sendiri yang baru tiba. Ku ambil komik kesayanganku dan segera
keluar kelas.
“Hai..”
sapa seseorang.
Aku
melirik,siswa berseragam beda dengan tampang yang asing,aku baru melihatnya.
“Siapa?”
tanyaku heran.
“Murid
pindahan”
“Oh,salam
kenal” responku singkat.
“Bisa
antarkan aku keruang BK? Aku harus kesana”
“Bisa,tapi
tunggu sebentar” jawabku.
“Kau
sibuk?”
“Ga
juga,Cuma BK jam segini belum buka kali”
“Oh”
Aku
sibuk dengan komikku,sama sekali tidak memperhatikannya,bahkan aku lupa
menanyakan namanya.
“Kau
datang pagi sekali” lanjutnya.
“Ya,aku
anak rajin” jawabku sekenanya.
“Untunglah,kau
bisa kuminta bantuan”
“Memanfaatkanku?”
aku melirik kesal.
“Eh,bukan
gitu. Ya,Cuma kau siswa yang aku lihat pagi ini,jadi aku minta bantuanmu”
Aku
beranjak dari tempatku,menariknya dan membawanya pergi.
“Mau
kemana?” tanyanya ragu.
“Kau
bilang ruang BK”
Sepanjang
perjalanan kami diam. Pagi itu benar-benar sepi,sepanjang koridor tak ada satu
siswa pun yang terlihat. Padahal bel masuk tinggal 15 menit lagi.
“Itu”
tunjukku pada sebuah ruangan yang berada tepat disamping perpustakaan.
“Terima
kasih” dia tersenyum.
“Sa..sama-sama”
jawabku gugup. Baru kusadari ternyata dia sangat manis!
Aku
kembali ke kelas. Konsentrasiku buyar,komik yang kubaca tak jelas bagaimana
isinya. Aku benar-benar hilang selera habiskan bacaan komik kesayanganku.
Bayangan anak itu terus muncul. Kini aku penasaran dan semakin ingin tahu siapa
anak itu. Anak baru dengan postur tubuh yang ideal,berkulit putih,kaca mata
minus dan lesung pipinya yang manis.
“Kau
darimana?” Arya menepuk bahuku.
“Eh..oh..BK”
jawabku gelagapan.
“Ngelamun
ya? Kenapa? Kena kasus?”
“Iuuuh,emangnya
kalo masuk BK mesti kena kasus?!” jawabku sewot.
2
mata pelajaran IPA di pagi ini sukses membuat kepalaku pening. Ditambah perut
lapar dan cuaca yang panas. Aku segera berlari menyusul Vina dan yang lain
menuju kantin.
“Tunggu!”
teriakku kencang.
“Berisik!”
Vina menoleh dan berhenti sejenak.
Kami
berjalan beriringan,disusul Elis,Amy,Tina,Gina dan teman lainnya.
Aku
berjalan paling depan,meninggalkan Vina dan yang lain,rasa lapar ini membuatku
ingin segera berada di kantin.
Saat
melintas ruang guru,aku menangkap sosok yang tak asing lagi. Anak baru itu
berada diruang guru. Aku berhenti sejenak. Spontan dan menyebabkan antrian
sepanjang koridor tersebut. Dia melirik ke arahku,tersenyum kecil dan kembali
fokus bicara pada salah seorang guru.
“Kenapa
Ren?” Amy berteriak dari belakang. Disusul teriakan heboh anak-anak yang
mengantri. Koridor tersebut memang sempit,terpajang lemari besar tempat beragam
piala dan penghargaan dipasang.
“Eh
maaf !” aku segera menghindar.
Anak
itu keluar ruangan,melirik kearahku dan melempar senyum. Aku kikuk,dan langsung
membalas senyumnya dengan bingung. Dia hanya membuang kertas di luar.
“Kyaaa,itu
siapa?” Jerit Vina heboh. Yang lain bisik-bisik,aku sudah menduga apa jadinya
jika dia bertemu dengan kerumunan wanita seperti mereka.
“Renra,itu
siapa kamu?” Elis menginterogasiku.
“Bukan
siapa-siapa” jawabku datar.
“Ko
senyum sih ke kamu?” tanya Tina curiga.
“Rezeki”
jawabku asal.
“Namanya
Rezeki?” Amy membulatkan matanya.
“Ha?”
aku melongo.
“Sumpah
tadi cakep banget ya!” Vina berteriak heboh.
“Kacamatanya
ga nahan” Elis menambahkan.
“Kaya
personel boyband gitu” Gina cekikikan.
Kupingku
panas mendengarnya,menyesal tadi saat tau mereka melihat anak itu. Pasti
berujung seperti ini. Mereka sibuk membicarakannya sampai tiba di kantin.
Aku
diam saja,mereka masih membicarakan anak itu.
“Aku
mau jadi pacarnya!” seru Elis.
“Inget
lah,kamu udah punya si Ahlal” tegur Gina.
“Gampang
itu,aku putusin,beres kan?”
“Uhuk!”
aku tersedak mendengar pernyataan Elis.
“Kenapa
Ren?” tanya Elis heran.
“Batuk
denger penjelasan orang gila”
Elis
hanya melirik sebal.
“Namanya
siapa ya?” Vina menerawang.
“Dio”
celetukku asal.
“Tadi
katanya Rezeki?” tanya Amy polos.
“Bukan
My,tapi Dio” aku meyakinkan.
“Serius?
Ko tau?” Elis penasaran.
“Ya
tau lah,kan tadi dia senyum sama aku,orang sebelumnya pernah ketemu”
“Esdaan
berarti kamu the first nya dong!” Gina bersorak.
Aku
hanya nyengir.
Aku
berjalan sendiri menuju perpustakaan. Siang ini jam belajar kosong,Pak Rudi
guru matematikaku hanya memberi tugas,beliau sedang seminar di luar kota. Hal
itu aku manfaatkan untuk pergi ke perpustakaan,kembalikan 10 novel yang habis
kubaca selama seminggu.
“Hai..”
suara itu lagi,aku mengenalinya!
“Dio!”
seruku lantang.
Dia
mengernyitkan kening. Aku menepuk jidatku,namanya kan bukan Dio!
“Eh
oh maaf,abis kamu....”
“Ko
tau namaku Dio?” potongnya. Aku semakin kikuk.
“Itu..aku
pikir kamu Dio temenku,ya itu,hehe” aku meringis menahan malu.
“Iya
namaku juga Dio. Kau?” dia mengulurkan tangannya.
“Renra.
Maaf tanganku repot” aku tersenyum.
“Kau
suka baca?” tanyanya heran melihat tumpukan buku yang kubawa.
“Ya
begitulah”
“Suka
buku apa?”
“Novel
sama komik. Ya apapun itu yang jelas bukan buku materi”
“Hahaha
kamu jujur banget” dia tertawa. Dan aku terpana,pesonanya semakin menjadi-jadi!
“Eh,pindahan
dari mana?” tanyaku basa-basi.
“Semarang”
“Kapan
mulai masuk?”
“Besok.
Kamu kelas berapa?”
“Aku?
Kelas X.A. Kau?”
“Kita
satu angkatan” lagi-lagi dia tersenyum. Aku buru-buru masuk ke perpustakaan.
“Renra,besok
antar aku berkeliling sekolah ya” pintanya.
Aku
mengangguk.
“Kau
juga mesti tunjukkan tempat favorite di sekolah ini” lanjutnya. Aku kembali
mengangguk.
“Dan
kalau bisa tunjukkan rumahmu juga ya”
Kini
aku melongo “Hah?”
“Aku
juga warga baru di kota ini,kau juga mesti membawaku berkeliling agar aku tau
seluk beluk kota ini” cerocosnya panjang lebar.
“I..iya”
“Thanks.
Aku pulang dulu” dia melambaikan tangannya. Aku tersenyum membalas lambaiannya.
Entah
mengapa hari ini terasa indah. Ya,secara kebetulan nama yang aku karang menjadi
nyata. Oh Dio..
Sekarang
masih pagi,aku sengaja datang lebih awal. Bukan bermaksud membaca komik lagi
diluar,tapi untk menunggu Dio. Aku sengaja duduk-duduk dibangku luar. Tak lama
menunggu dia datang,sudah memakai seragam yang sama denganku.
“Kamu
masuk kelas apa?” tanyaku langsung. Dia duduk disampingku.
“XG.
Sayang ya ga sekelas” dia tertawa kecil,aku hanya tersenyum.
“Jadi
kan travellingnya? Mumpung masih pagi” dia mengajakku pergi. Aku hanya
mengangguk.
Kubawa
dia berkeliling sesuai permintaannya. Entah mengapa aku begitu bersemangat.
Bukan karena hari masih pagi,namun karena orang yang ku ajak berkeliling adalah
Dio.
Sepanjang
berkeliling kami sibuk bertukar cerita. Siapa dia bagaimana dia dan apa yang
menjadi hobinya aku sudah tahu. Rasanya aku orang paling beruntung yang tahu
segala tentangnya dibanding Elis dan yang lain.
“Ini
kelasmu,XG” aku menunjukkan ruang kelas yang jauh dari kelasku.
“Jauh
ya”
“Ya
begitulah..”
“Tapi
kalau istirahat,temani aku ya” pintanya. Lagi-lagi aku mengangguk.
Bel
sudah berbunyi. Cepat sekali waktu menyenangkan ini berlalu. Aku kembali menuju
kelasku,dia mengikuti dari belakang,dia bilang ingin pergi ke ruang
guru,kebetulan sekali ruang guru berdekatan dengan kelasku.
“Renra..”
Dio menarik lenganku. Dadaku berdegup kencang,kakiku gemetaran. Baru kali ini
kurasakan hal yang tak biasa.
“Makasih
buat jalan-jalannya hehe” dia terkekeh,aku tersipu melihat wajahnya yang
terlihat begitu manis.
“Aku
baru bawa kamu keliling sekolah loh,sekolah ini luas,masih banyak tempat”
jawabku.
“Bisa
dilanjut istirahat?”
“Oke”
aku mengedipkan sebelah mataku.
“Doain
ya,semoga aku bisa diterima anak-anak XG”
“Tenang,semua
anak disini baik ko” aku tersenyum.
Tiba
dikelas,Elis bercerita heboh. Entah apa yang diceritakannya tapi aku menangkap
sesuatu yang disebutkan Elis,Dio...
“Kenapa
Dio?” tanyaku tiba-tiba membuat heran semua anak-anak yang mendengarkan cerita
Elis.
“Beneran
namanya Dio,aku udah cek. Dia pindahan dari Semarang dan dia masuk kelas XG!”
cerita Elis heboh. Aku menelan ludah,darimana saja dia?
“Elis
ko tau banget tentang Dio, suka beneran ya?” celetuk Amy.
“Masa
suka boong-boongan My!”
“Ciee
semoga berhasil!” dukung Tina disambut sorakan anak-anak lain. Aku diam saja.
Padahal aku yang lebih dulu mengenalnya dan tahu semua tentangnya.
Istirahat
ini aku diam di kelas. Berkutat dengan laptopku. Bukan kerjakan tugas,tapi
sibuk bermain game. Aku malas ke kantin,bergerombol bersama Elis dan yang
lainnya,aku malas jika mereka sudah bicarakan Dio.
“Ga
ke kantin?” tanya Arya.
“Ga,Ya.
Lagi diet” jawabku sekenanya.
Arya
manyun. Kini hanya aku dan Oni yang masih dikelas. Oni sibuk dengan
handphonenya. Dan kelas benar-benar sepi tanpa obrolan.
“Hello..”
seseorang mengetuk pintu kelas yang terbuka lebar.
“Siapa
tuh?” Oni melirik ke arahku. Aku mengangkat bahu,aku berada di pojok kelas,tak
jelas melihat ke arah luar kelas.
“Renra?”
tanyanya.
Oni
menunjuk ke arahku. Ternyata itu Dio! Dia datang ke kelasku disaat Elis dan
yang lain tak ada. Syukurlah..
“Ada
apa?” tanyaku heran.
“Kau
sibuk?”
“Main
game”
“Kau
mau ke kantin?”
Aku
mengangkat bahu. Dia duduk disebelahku. Ikut melihat game yang kumainkan.
“Bagaimana
di kelas?” tanyaku membuka obrolan.
“Seperti
yang kau bilang. Anak-anak disini menyenangkan”
“Syukurlah..”
“Eh
Ren,itu anak baru itu?” teriak Oni. Aku mengangguk.
“Siapa?”
tanya Dio.
“Itu
Oni,temen cowoku yang paling tengil dikelas!”
“Sialan!”
balas Oni.
“Salam
kenal,aku Dio” Dio melempar senyum,Oni membalasnya.
“Pulang
kau naik apa?” tanyanya padaku.
“Angkot
dong”
“Aku
bawa motor,kau ikut aku aja ya”
“Ha?
Ngerepotin..”
“Kan
permintaanku biar tau rumahmu belum kau kabulkan” dia terkekeh.
“Oh
iya..oke tapi aku takut kamu pulang kesasar,entar aku buntutin kamu deh pas
pulang dari rumahku”
“Sip!”
Dio mengacak-ngacak rambutku. Aku mendengus kesal dan balas meninju
bahunya,tentunya dengan tenaga yang pelan,mana mungkin aku tega memukulnya
hingga babak belur.
“Sudah
ya aku balik ke kelas”
“Silahkan
tuan..”
“Hahaha”
dia terbahak. Aku menjulurkan lidahku.
Baru
saja Dio keluar dari kelasku,sudah kudengar teriakan heboh para wanita diluar
sana.
“Apa
Dio seganteng seleb hollywood sampe pada histeris gitu?” Oni menoleh ke arahku.
Aku diam saja,mengangkat bahu sambil tetap fokus pada laptop.
“Kyaaa
Dioo kamu pasti anak baru kan? Aku Salma anak XB. Salam kenal!!” itu teriakan
Salma,cewek maniak cowok cakep yang kelasnya berada di samping kelasku. Dia
memang berisik dan fanatik. Teriakannya tadi sukses membuat kupingku panas.
“Dio
kok kamu cakep?”
“Dio
main ke kelasku”
“Dio
salam kenal!”
“Welcome
to our school,Dioo!”
Suara-suara
itu terus bersahutan. Pasti Dio terjebak dalam kerumunan cewek-cewek fanatik
yang tak tahu diri. Aku gerah membayangkannya. Aku beranjak dari
bangkuku,hendak menyaksikan apa yang terjadi. Dan benar saja,Dio dikerubungi
cewek-cewek berbagai kalangan. Mulai dari yang tercantik sampai yang biasa
saja..
“Dio..”
kataku lirih. Tak bermaksud memanggilnya.
Dio
melihat ke arahku. Dia terlihat kebingungan. Aku hanya tersenyum dan kembali
masuk ke kelas.
“Renra!”
panggilnya.
“Ya?”
jawabku.
“Tolong
aku!” dia melambaikan tangannya.
“Itu
fans kamu Dio aku ga berhak ngelarang mereka” aku tersenyum dan pergi dari
pandangannya.
“Ceilah
Renra! Jadian sama anak itu ya?” Oni menyenggol bahuku.
“Gak”
jawabku malas.
“Ah,perlu
aku sebarkan?”
“Oni!
Plis deh,kita Cuma temen!”
“Kayanya
ga baka bertahan lama tuh...”
“Ha?”
Aku
hanya mengangkat bahu. Aku baru 2 hari mengenal Dio. Butuh waktu lama jika aku
memang menginginkannya. Dan bagiku itu sulit,mengingat fans-fans fanatiknya
yang terus mengejarnya.
“Kyaaa
barusan gue megang tangannya Dio!” Elis berteriak heboh masuk kelas. Disusul
Vina,Amy dan lainnya dengan tampang cemberut.
“Ih
curang! Kan aku yang pertama liat!” Vina melirik sinis ke arah Elis. Elis tak
menggubris. Dia sibuk memandang telapak tangannya.
“Dan
gue pasti yang jadi cewenya!” teriak Elis kegirangan.
“Perlu
kaca?!” Gina beteriak keras ditelinga Elis.
“Aduh!
Bilang aja kalo sirik!”
“Astaga...kamu
kan udah punya pacar” Oni ikut nimbrung.
“Biarin
sih,orang kita udah end!”
“Huuuu”
sorak yang lain.
Aku
diam saja. Jujur ingin kukatakan kalau mereka semua le-bay. Oke,memang Dio
perlu dikagumi. Ya,tapi tak usah sefanatik itu. Hey,apa aku memang menyukainya?
Kenapa aku sewot setiap kali mereka mengelukan Dio...
“Loh,bukannya
Dio sama Renra?” Oni menoleh kearahku yang sedari tadi diam.
“Hah?
Gila kau Oni!” respon Elis tak percaya.
“Lah
tadi? Bukannya Dio kesini Cuma buat nyamperin Renra? Duduk duaan,akrab
banget,mesra pula,terus...”
“Oni,sumpah
itu lebay” potongku.
“Serius
Ra?” tanya Amy tak percaya.
“Iya
tapi kita ga pacaran” jawabku singkat.
Aku
buru-buru pergi meninggalkan mereka sebelum aku dicerca pertanyaan-pertanyaan
yang membuatku gerah.
Ini
hari ketiga Dio bersekolah. Baru sebentar namun terasa lama. Dio cepat sekali
berbaur dengan kawan barunya. Buktinya baru 3 hari disini,dia sudah mendapat
banyak kenalan dari kelas lain.
“Rera..”
dia menepuk pundakku.
“Rera?
Renra kali” aku melotot,dia masih saja salah menyebut namaku.
“Iya
tadi huruf N nya ketinggalan” Dio terkekeh. Aku diam saja.
“Masih
pagi ya?” tanyanya padaku.
Aku
hanya mengangguk. Entah kenapa hari ini aku malas bicara.
“Kau
masih ngantuk?”
“Emang
kenapa?” aku menoleh.
“Dari
tadi diam saja. Tumben”
Hening.
Ini memang masih pagi,aku datang sangat awal saat kelas masih kosong. Pikiranku
tak tentu arah,sibuk pikirkan ulangan biologi pagi ini,ditambah...entah kenapa
aku tak suka dengan apa yang terjadi pada Dio kemarin.
“Ra?”
dia mengibaskan tangannya diwajahku. Aku kaget.
“Eh
iya,aku ngantuk,semalam begadang belajar buat ulangan” jawabku sekenanya.
“Ya
ampun,jangan gitu dong”
“Emang
kenapa?”
“Aku
rugi...”
“Rugi
kenapa?”
“Datang
sepagi ini Cuma mau liat cerianya kamu lebih awal,tapi...”
“Eh?”
aku kaget. Apa yang dikatakannya?
“Sudahlah,aku
pergi dulu,semangat ya” lagi,dia mengacak rambutku setiap kali pergi.
“Dio..”
panggilku lirih.
“Oh
iya,Ra. Kemarin kamu lupa ya ngajak aku jalan-jalan kerumahmu?”
“Hehe”
aku meringis,sebenarnya aku sengaja menghindar.
“Maaf
ya Dio,aku janji hari ini aku temenin kamu” aku tersenyum. Dio hanya
mengangguk.
Bel
pulang sekolah berbunyi,aku bergegas membereskan bukuku. Aku akan menepati
janjiku,mengajak Dio kerumahku.
“Kamu
mau kemana sih? Buru-buru amat” Elis melirikku sebal. Aku tahu dia pasti kesal
karena hari ini aku tidak menjalankan tugas piket.
“Ada
janji sama orang. Plis hari ini aku ga bisa piket” jawabku meyakinkan.
“Biasa
tuh janjian sama si Dio” Oni meledek.
“Hust!”
darimana dia tahu kalau aku ada janji dengan Dio.
“Renra?”
Dio memanggilku dari luar. Kelasku masih ramai,belum ada satupun yang keluar
kelas. Mungkin itu sebabnya dia tak berani masuk menemuiku.
“Ren,ada
yang manggil” sahut Amy. Aku mengangguk. Aku kenal suara itu. Segera aku
berlari keluar kelas. Elis membuntutiku dari belakang.
“Kamu
ngapain sih?” tanyaku curiga.
“Yaelah,mau
nyari angin” elak Elis.
“Ayo!”
aku menarik lengan Dio,mengajaknya pergi menjauhi kelas.
“Tunggu
Ren” Dio menahanku. Aku heran dibuatnya. Apa dia sengaja datang kesini agar
fans fanatiknya itu mengerubunginya kembali? Dan aku akan kesal dibuatnya.
“Kenapa?”
aku mengernyitkan dahi.
“Aku
mau bilang sesuatu”
“Apaan?”
Dio
terdiam sesaat. Semua anak-anak kelas mengerubungi kami. Aku heran,apa yang
akan dilakukannya? Apa dia sudah merencanakannya sampai sejauh ini?
“Kamu
mau..” aku memotong ucapanku. Hampir saja aku keceplosan. Pede sekali
aku,kupikir dia akan menembakku sekarang.
“Iya
Ren,aku mau nembak kamu,kamu mau kan jadi pacar aku? Hehe” Dio tersenyum malu.
Semua anak bersorak,mungkin jika aku melihat cermin,aku sudah melihat pipiku
merah menahan malu.
“Cie,terima
Ren!” teriak Oni.
“Ini
sebenernya direncanain?” akhirnya pertanyaan bodoh itu keluar juga dari
mulutku.
“Aku
ga nyuruh mereka ke sini ko” Dio terlihat kebingungan.
“Kita
kesini mau bukti,abis Oni sering bilang kalau kalian pacaran” celetuk Vina.
Aku
tertawa.
“Jawab
dong” Oni menyenggolku.
“Hei,kita
kan baru kenal 3 hari” aku menatap Dio.
“Emang
kenapa? Aku tau kamu istimewa,buktinya pertama kali aku liat kamu baca komik
didepan kelas ini aku langsung suka,makanya aku minta kamu antar aku waktu itu,
ingat?”
“Hah?
Serius?” seruku tak percaya.
“Seriburius
pun aku berani bertaruh. Kamu juga suka aku kan?” balas Dio.
Aku
menunduk menahan malu. Darimana dia tahu semua itu?
“Waah
so sweet!” celetuk Elis.
“Heh
iya,Lis kan kamu yang suka Dio” pancingku.
“Heh
Ren! Cuma fans biasa ko! Lagian aku kasian ama kamu,kamu kan termasuk cewe aneh
yang belum pernah pacaran,ini kesempatan kamu!” jawab Elis berapi-api.
“Ayolah
Ren! Bilang IYA!” tambah Oni.
“Tuh
kan Ren,kamu emang cewe unik,ditembak cowo aja kaya gini ampe kita nonton,debat
dulu lagi! Unik!” kini Gina bersuara.
“Iya
iya,tapi malu tau jawab disini!” jawabku.
“Ren?
Ko kamu malah ngobrol sama mereka? Aku?” Dio kembali mengalihkan pembicaraan
seperti semula.
“Eh
iya,hehe” aku terkekeh.
“Jadi?”
“Apanya?”
“Kamu
mau kan jadi cewekku?”
“Engg”
“Engga
Ren?!” sahut Oni.
“Engga
tau”
“Yaah!”
seru Vina.
“Hehe,kamu
berani taruhan kalo kamu yakin aku suka kamu kan? Ku pikir kamu juga tau apa
jawabannya” aku tersenyum penuh arti.
“Jadi
kita pacaran?” Dio berbinar.
Aku
mengangguk pelan. Menunduk menahan malu. Semua bersorak. Kehebohan mereka
mengundang perhatian anak-anak kelas lain yang kebetulan masih berada disekitar
kelas. Aku buru-buru membawa Dio pergi.
“Ayo,aku
mau nepatin janji bawa kamu kerumahku” aku tertawa lepas.
Indah
sekali hari ini,apa yang semula tak disangka dan tak pernah terfikirkan menjadi
nyata..