Minggu, 10 Juni 2012

Cerpen : Namanya Dio..

Hari masih pagi. Bel masuk berbunyi masih 30 menit lagi. Aku sudah tiba disekolah,menuju kelasku menyusuri lorong yang sepi. Hari ini aku datang lebih awal,takut kalau kejadian kemarin terulang kembali. Aku terlambat 10 menit dan tidak di izinkan mengikuti kegiatan belajar selama satu hari penuh.
Cih,masih sepi,gumamku kesal.
Kelas kosong,hanya aku sendiri yang baru tiba. Ku ambil komik kesayanganku dan segera keluar kelas.
“Hai..” sapa seseorang.
Aku melirik,siswa berseragam beda dengan tampang yang asing,aku baru melihatnya.
“Siapa?” tanyaku heran.
“Murid pindahan”
“Oh,salam kenal” responku singkat.
“Bisa antarkan aku keruang BK? Aku harus kesana”
“Bisa,tapi tunggu sebentar” jawabku.
“Kau sibuk?”
“Ga juga,Cuma BK jam segini belum buka kali”
“Oh”
Aku sibuk dengan komikku,sama sekali tidak memperhatikannya,bahkan aku lupa menanyakan namanya.
“Kau datang pagi sekali” lanjutnya.
“Ya,aku anak rajin” jawabku sekenanya.
“Untunglah,kau bisa kuminta bantuan”
“Memanfaatkanku?” aku melirik kesal.
“Eh,bukan gitu. Ya,Cuma kau siswa yang aku lihat pagi ini,jadi aku minta bantuanmu”
Aku beranjak dari tempatku,menariknya dan membawanya pergi.
“Mau kemana?” tanyanya ragu.
“Kau bilang ruang BK”
Sepanjang perjalanan kami diam. Pagi itu benar-benar sepi,sepanjang koridor tak ada satu siswa pun yang terlihat. Padahal bel masuk tinggal 15 menit lagi.
“Itu” tunjukku pada sebuah ruangan yang berada tepat disamping perpustakaan.
“Terima kasih” dia tersenyum.
“Sa..sama-sama” jawabku gugup. Baru kusadari ternyata dia sangat manis!
Aku kembali ke kelas. Konsentrasiku buyar,komik yang kubaca tak jelas bagaimana isinya. Aku benar-benar hilang selera habiskan bacaan komik kesayanganku. Bayangan anak itu terus muncul. Kini aku penasaran dan semakin ingin tahu siapa anak itu. Anak baru dengan postur tubuh yang ideal,berkulit putih,kaca mata minus dan lesung pipinya yang manis.

“Kau darimana?” Arya menepuk bahuku.
“Eh..oh..BK” jawabku gelagapan.
“Ngelamun ya? Kenapa? Kena kasus?”
“Iuuuh,emangnya kalo masuk BK mesti kena kasus?!” jawabku sewot.

2 mata pelajaran IPA di pagi ini sukses membuat kepalaku pening. Ditambah perut lapar dan cuaca yang panas. Aku segera berlari menyusul Vina dan yang lain menuju kantin.
“Tunggu!” teriakku kencang.
“Berisik!” Vina menoleh dan berhenti sejenak.
Kami berjalan beriringan,disusul Elis,Amy,Tina,Gina dan teman lainnya.
Aku berjalan paling depan,meninggalkan Vina dan yang lain,rasa lapar ini membuatku ingin segera berada di kantin.
Saat melintas ruang guru,aku menangkap sosok yang tak asing lagi. Anak baru itu berada diruang guru. Aku berhenti sejenak. Spontan dan menyebabkan antrian sepanjang koridor tersebut. Dia melirik ke arahku,tersenyum kecil dan kembali fokus bicara pada salah seorang guru.
“Kenapa Ren?” Amy berteriak dari belakang. Disusul teriakan heboh anak-anak yang mengantri. Koridor tersebut memang sempit,terpajang lemari besar tempat beragam piala dan penghargaan dipasang.
“Eh maaf !” aku segera menghindar.
Anak itu keluar ruangan,melirik kearahku dan melempar senyum. Aku kikuk,dan langsung membalas senyumnya dengan bingung. Dia hanya membuang kertas di luar.
“Kyaaa,itu siapa?” Jerit Vina heboh. Yang lain bisik-bisik,aku sudah menduga apa jadinya jika dia bertemu dengan kerumunan wanita seperti mereka.
“Renra,itu siapa kamu?” Elis menginterogasiku.
“Bukan siapa-siapa” jawabku datar.
“Ko senyum sih ke kamu?” tanya Tina curiga.
“Rezeki” jawabku asal.
“Namanya Rezeki?” Amy membulatkan matanya.
“Ha?” aku melongo.
“Sumpah tadi cakep banget ya!” Vina berteriak heboh.
“Kacamatanya ga nahan” Elis menambahkan.
“Kaya personel boyband gitu” Gina cekikikan.
Kupingku panas mendengarnya,menyesal tadi saat tau mereka melihat anak itu. Pasti berujung seperti ini. Mereka sibuk membicarakannya sampai tiba di kantin.
Aku diam saja,mereka masih membicarakan anak itu.
“Aku mau jadi pacarnya!” seru Elis.
“Inget lah,kamu udah punya si Ahlal” tegur Gina.
“Gampang itu,aku putusin,beres kan?”
“Uhuk!” aku tersedak mendengar pernyataan Elis.
“Kenapa Ren?” tanya Elis heran.
“Batuk denger penjelasan orang gila”
Elis hanya melirik sebal.
“Namanya siapa ya?” Vina menerawang.
“Dio” celetukku asal.
“Tadi katanya Rezeki?” tanya Amy polos.
“Bukan My,tapi Dio” aku meyakinkan.
“Serius? Ko tau?” Elis penasaran.
“Ya tau lah,kan tadi dia senyum sama aku,orang sebelumnya pernah ketemu”
“Esdaan berarti kamu the first nya dong!” Gina bersorak.
Aku hanya nyengir.

Aku berjalan sendiri menuju perpustakaan. Siang ini jam belajar kosong,Pak Rudi guru matematikaku hanya memberi tugas,beliau sedang seminar di luar kota. Hal itu aku manfaatkan untuk pergi ke perpustakaan,kembalikan 10 novel yang habis kubaca selama seminggu.

“Hai..” suara itu lagi,aku mengenalinya!
“Dio!” seruku lantang.
Dia mengernyitkan kening. Aku menepuk jidatku,namanya kan bukan Dio!
“Eh oh maaf,abis kamu....”
“Ko tau namaku Dio?” potongnya. Aku semakin kikuk.
“Itu..aku pikir kamu Dio temenku,ya itu,hehe” aku meringis menahan malu.
“Iya namaku juga Dio. Kau?” dia mengulurkan tangannya.
“Renra. Maaf tanganku repot” aku tersenyum.
“Kau suka baca?” tanyanya heran melihat tumpukan buku yang kubawa.
“Ya begitulah”
“Suka buku apa?”
“Novel sama komik. Ya apapun itu yang jelas bukan buku materi”
“Hahaha kamu jujur banget” dia tertawa. Dan aku terpana,pesonanya semakin menjadi-jadi!
“Eh,pindahan dari mana?” tanyaku basa-basi.
“Semarang”
“Kapan mulai masuk?”
“Besok. Kamu kelas berapa?”
“Aku? Kelas X.A. Kau?”
“Kita satu angkatan” lagi-lagi dia tersenyum. Aku buru-buru masuk ke perpustakaan.
“Renra,besok antar aku berkeliling sekolah ya” pintanya.
Aku mengangguk.
“Kau juga mesti tunjukkan tempat favorite di sekolah ini” lanjutnya. Aku kembali mengangguk.
“Dan kalau bisa tunjukkan rumahmu juga ya”
Kini aku melongo “Hah?”
“Aku juga warga baru di kota ini,kau juga mesti membawaku berkeliling agar aku tau seluk beluk kota ini” cerocosnya panjang lebar.
“I..iya”
“Thanks. Aku pulang dulu” dia melambaikan tangannya. Aku tersenyum membalas lambaiannya.
Entah mengapa hari ini terasa indah. Ya,secara kebetulan nama yang aku karang menjadi nyata. Oh Dio..

Sekarang masih pagi,aku sengaja datang lebih awal. Bukan bermaksud membaca komik lagi diluar,tapi untk menunggu Dio. Aku sengaja duduk-duduk dibangku luar. Tak lama menunggu dia datang,sudah memakai seragam yang sama denganku.
“Kamu masuk kelas apa?” tanyaku langsung. Dia duduk disampingku.
“XG. Sayang ya ga sekelas” dia tertawa kecil,aku hanya tersenyum.
“Jadi kan travellingnya? Mumpung masih pagi” dia mengajakku pergi. Aku hanya mengangguk.
Kubawa dia berkeliling sesuai permintaannya. Entah mengapa aku begitu bersemangat. Bukan karena hari masih pagi,namun karena orang yang ku ajak berkeliling adalah Dio.
Sepanjang berkeliling kami sibuk bertukar cerita. Siapa dia bagaimana dia dan apa yang menjadi hobinya aku sudah tahu. Rasanya aku orang paling beruntung yang tahu segala tentangnya dibanding Elis dan yang lain.
“Ini kelasmu,XG” aku menunjukkan ruang kelas yang jauh dari kelasku.
“Jauh ya”
“Ya begitulah..”
“Tapi kalau istirahat,temani aku ya” pintanya. Lagi-lagi aku mengangguk.
Bel sudah berbunyi. Cepat sekali waktu menyenangkan ini berlalu. Aku kembali menuju kelasku,dia mengikuti dari belakang,dia bilang ingin pergi ke ruang guru,kebetulan sekali ruang guru berdekatan dengan kelasku.
“Renra..” Dio menarik lenganku. Dadaku berdegup kencang,kakiku gemetaran. Baru kali ini kurasakan hal yang tak biasa.
“Makasih buat jalan-jalannya hehe” dia terkekeh,aku tersipu melihat wajahnya yang terlihat begitu manis.
“Aku baru bawa kamu keliling sekolah loh,sekolah ini luas,masih banyak tempat” jawabku.
“Bisa dilanjut istirahat?”
“Oke” aku mengedipkan sebelah mataku.
“Doain ya,semoga aku bisa diterima anak-anak XG”
“Tenang,semua anak disini baik ko” aku tersenyum.

Tiba dikelas,Elis bercerita heboh. Entah apa yang diceritakannya tapi aku menangkap sesuatu yang disebutkan Elis,Dio...
“Kenapa Dio?” tanyaku tiba-tiba membuat heran semua anak-anak yang mendengarkan cerita Elis.
“Beneran namanya Dio,aku udah cek. Dia pindahan dari Semarang dan dia masuk kelas XG!” cerita Elis heboh. Aku menelan ludah,darimana saja dia?
“Elis ko tau banget tentang Dio, suka beneran ya?” celetuk Amy.
“Masa suka boong-boongan My!”
“Ciee semoga berhasil!” dukung Tina disambut sorakan anak-anak lain. Aku diam saja. Padahal aku yang lebih dulu mengenalnya dan tahu semua tentangnya.

Istirahat ini aku diam di kelas. Berkutat dengan laptopku. Bukan kerjakan tugas,tapi sibuk bermain game. Aku malas ke kantin,bergerombol bersama Elis dan yang lainnya,aku malas jika mereka sudah bicarakan Dio.
“Ga ke kantin?” tanya Arya.
“Ga,Ya. Lagi diet” jawabku sekenanya.
Arya manyun. Kini hanya aku dan Oni yang masih dikelas. Oni sibuk dengan handphonenya. Dan kelas benar-benar sepi tanpa obrolan.
“Hello..” seseorang mengetuk pintu kelas yang terbuka lebar.
“Siapa tuh?” Oni melirik ke arahku. Aku mengangkat bahu,aku berada di pojok kelas,tak jelas melihat ke arah luar kelas.
“Renra?” tanyanya.
Oni menunjuk ke arahku. Ternyata itu Dio! Dia datang ke kelasku disaat Elis dan yang lain tak ada. Syukurlah..
“Ada apa?” tanyaku heran.
“Kau sibuk?”
“Main game”
“Kau mau ke kantin?”
Aku mengangkat bahu. Dia duduk disebelahku. Ikut melihat game yang kumainkan.
“Bagaimana di kelas?” tanyaku membuka obrolan.
“Seperti yang kau bilang. Anak-anak disini menyenangkan”
“Syukurlah..”
“Eh Ren,itu anak baru itu?” teriak Oni. Aku mengangguk.
“Siapa?” tanya Dio.
“Itu Oni,temen cowoku yang paling tengil dikelas!”
“Sialan!” balas Oni.
“Salam kenal,aku Dio” Dio melempar senyum,Oni membalasnya.
“Pulang kau naik apa?” tanyanya padaku.
“Angkot dong”
“Aku bawa motor,kau ikut aku aja ya”
“Ha? Ngerepotin..”
“Kan permintaanku biar tau rumahmu belum kau kabulkan” dia terkekeh.
“Oh iya..oke tapi aku takut kamu pulang kesasar,entar aku buntutin kamu deh pas pulang dari rumahku”
“Sip!” Dio mengacak-ngacak rambutku. Aku mendengus kesal dan balas meninju bahunya,tentunya dengan tenaga yang pelan,mana mungkin aku tega memukulnya hingga babak belur.
“Sudah ya aku balik ke kelas”
“Silahkan tuan..”
“Hahaha” dia terbahak. Aku menjulurkan lidahku.
Baru saja Dio keluar dari kelasku,sudah kudengar teriakan heboh para wanita diluar sana.
“Apa Dio seganteng seleb hollywood sampe pada histeris gitu?” Oni menoleh ke arahku. Aku diam saja,mengangkat bahu sambil tetap fokus pada laptop.
“Kyaaa Dioo kamu pasti anak baru kan? Aku Salma anak XB. Salam kenal!!” itu teriakan Salma,cewek maniak cowok cakep yang kelasnya berada di samping kelasku. Dia memang berisik dan fanatik. Teriakannya tadi sukses membuat kupingku panas.
“Dio kok kamu cakep?”
“Dio main ke kelasku”
“Dio salam kenal!”
“Welcome to our school,Dioo!”
Suara-suara itu terus bersahutan. Pasti Dio terjebak dalam kerumunan cewek-cewek fanatik yang tak tahu diri. Aku gerah membayangkannya. Aku beranjak dari bangkuku,hendak menyaksikan apa yang terjadi. Dan benar saja,Dio dikerubungi cewek-cewek berbagai kalangan. Mulai dari yang tercantik sampai yang biasa saja..
“Dio..” kataku lirih. Tak bermaksud memanggilnya.
Dio melihat ke arahku. Dia terlihat kebingungan. Aku hanya tersenyum dan kembali masuk ke kelas.
“Renra!” panggilnya.
“Ya?” jawabku.
“Tolong aku!” dia melambaikan tangannya.
“Itu fans kamu Dio aku ga berhak ngelarang mereka” aku tersenyum dan pergi dari pandangannya.

“Ceilah Renra! Jadian sama anak itu ya?” Oni menyenggol bahuku.
“Gak” jawabku malas.
“Ah,perlu aku sebarkan?”
“Oni! Plis deh,kita Cuma temen!”
“Kayanya ga baka bertahan lama tuh...”
“Ha?”

Aku hanya mengangkat bahu. Aku baru 2 hari mengenal Dio. Butuh waktu lama jika aku memang menginginkannya. Dan bagiku itu sulit,mengingat fans-fans fanatiknya yang terus mengejarnya.

“Kyaaa barusan gue megang tangannya Dio!” Elis berteriak heboh masuk kelas. Disusul Vina,Amy dan lainnya dengan tampang cemberut.
“Ih curang! Kan aku yang pertama liat!” Vina melirik sinis ke arah Elis. Elis tak menggubris. Dia sibuk memandang telapak tangannya.
“Dan gue pasti yang jadi cewenya!” teriak Elis kegirangan.
“Perlu kaca?!” Gina beteriak keras ditelinga Elis.
“Aduh! Bilang aja kalo sirik!”
“Astaga...kamu kan udah punya pacar” Oni ikut nimbrung.
“Biarin sih,orang kita udah end!”
“Huuuu” sorak yang lain.

Aku diam saja. Jujur ingin kukatakan kalau mereka semua le-bay. Oke,memang Dio perlu dikagumi. Ya,tapi tak usah sefanatik itu. Hey,apa aku memang menyukainya? Kenapa aku sewot setiap kali mereka mengelukan Dio...

“Loh,bukannya Dio sama Renra?” Oni menoleh kearahku yang sedari tadi diam.
“Hah? Gila kau Oni!” respon Elis tak percaya.
“Lah tadi? Bukannya Dio kesini Cuma buat nyamperin Renra? Duduk duaan,akrab banget,mesra pula,terus...”
“Oni,sumpah itu lebay” potongku.
“Serius Ra?” tanya Amy tak percaya.
“Iya tapi kita ga pacaran” jawabku singkat.

Aku buru-buru pergi meninggalkan mereka sebelum aku dicerca pertanyaan-pertanyaan yang membuatku gerah.

Ini hari ketiga Dio bersekolah. Baru sebentar namun terasa lama. Dio cepat sekali berbaur dengan kawan barunya. Buktinya baru 3 hari disini,dia sudah mendapat banyak kenalan dari kelas lain.

“Rera..” dia menepuk pundakku.
“Rera? Renra kali” aku melotot,dia masih saja salah menyebut namaku.
“Iya tadi huruf N nya ketinggalan” Dio terkekeh. Aku diam saja.
“Masih pagi ya?” tanyanya padaku.
Aku hanya mengangguk. Entah kenapa hari ini aku malas bicara.
“Kau masih ngantuk?”
“Emang kenapa?” aku menoleh.
“Dari tadi diam saja. Tumben”
Hening. Ini memang masih pagi,aku datang sangat awal saat kelas masih kosong. Pikiranku tak tentu arah,sibuk pikirkan ulangan biologi pagi ini,ditambah...entah kenapa aku tak suka dengan apa yang terjadi pada Dio kemarin.
“Ra?” dia mengibaskan tangannya diwajahku. Aku kaget.
“Eh iya,aku ngantuk,semalam begadang belajar buat ulangan” jawabku sekenanya.
“Ya ampun,jangan gitu dong”
“Emang kenapa?”
“Aku rugi...”
“Rugi kenapa?”
“Datang sepagi ini Cuma mau liat cerianya kamu lebih awal,tapi...”
“Eh?” aku kaget. Apa yang dikatakannya?
“Sudahlah,aku pergi dulu,semangat ya” lagi,dia mengacak rambutku setiap kali pergi.
“Dio..” panggilku lirih.
“Oh iya,Ra. Kemarin kamu lupa ya ngajak aku jalan-jalan kerumahmu?”
“Hehe” aku meringis,sebenarnya aku sengaja menghindar.
“Maaf ya Dio,aku janji hari ini aku temenin kamu” aku tersenyum. Dio hanya mengangguk.

Bel pulang sekolah berbunyi,aku bergegas membereskan bukuku. Aku akan menepati janjiku,mengajak Dio kerumahku.
“Kamu mau kemana sih? Buru-buru amat” Elis melirikku sebal. Aku tahu dia pasti kesal karena hari ini aku tidak menjalankan tugas piket.
“Ada janji sama orang. Plis hari ini aku ga bisa piket” jawabku meyakinkan.
“Biasa tuh janjian sama si Dio” Oni meledek.
“Hust!” darimana dia tahu kalau aku ada janji dengan Dio.

“Renra?” Dio memanggilku dari luar. Kelasku masih ramai,belum ada satupun yang keluar kelas. Mungkin itu sebabnya dia tak berani masuk menemuiku.
“Ren,ada yang manggil” sahut Amy. Aku mengangguk. Aku kenal suara itu. Segera aku berlari keluar kelas. Elis membuntutiku dari belakang.
“Kamu ngapain sih?” tanyaku curiga.
“Yaelah,mau nyari angin” elak Elis.
“Ayo!” aku menarik lengan Dio,mengajaknya pergi menjauhi kelas.
“Tunggu Ren” Dio menahanku. Aku heran dibuatnya. Apa dia sengaja datang kesini agar fans fanatiknya itu mengerubunginya kembali? Dan aku akan kesal dibuatnya.
“Kenapa?” aku mengernyitkan dahi.
“Aku mau bilang sesuatu”
“Apaan?”
Dio terdiam sesaat. Semua anak-anak kelas mengerubungi kami. Aku heran,apa yang akan dilakukannya? Apa dia sudah merencanakannya sampai sejauh ini?
“Kamu mau..” aku memotong ucapanku. Hampir saja aku keceplosan. Pede sekali aku,kupikir dia akan menembakku sekarang.
“Iya Ren,aku mau nembak kamu,kamu mau kan jadi pacar aku? Hehe” Dio tersenyum malu. Semua anak bersorak,mungkin jika aku melihat cermin,aku sudah melihat pipiku merah menahan malu.
“Cie,terima Ren!” teriak Oni.
“Ini sebenernya direncanain?” akhirnya pertanyaan bodoh itu keluar juga dari mulutku.
“Aku ga nyuruh mereka ke sini ko” Dio terlihat kebingungan.
“Kita kesini mau bukti,abis Oni sering bilang kalau kalian pacaran” celetuk Vina.
Aku tertawa.
“Jawab dong” Oni menyenggolku.
“Hei,kita kan baru kenal 3 hari” aku menatap Dio.
“Emang kenapa? Aku tau kamu istimewa,buktinya pertama kali aku liat kamu baca komik didepan kelas ini aku langsung suka,makanya aku minta kamu antar aku waktu itu, ingat?”
“Hah? Serius?” seruku tak percaya.
“Seriburius pun aku berani bertaruh. Kamu juga suka aku kan?” balas Dio.
Aku menunduk menahan malu. Darimana dia tahu semua itu?
“Waah so sweet!” celetuk Elis.
“Heh iya,Lis kan kamu yang suka Dio” pancingku.
“Heh Ren! Cuma fans biasa ko! Lagian aku kasian ama kamu,kamu kan termasuk cewe aneh yang belum pernah pacaran,ini kesempatan kamu!” jawab Elis berapi-api.
“Ayolah Ren! Bilang IYA!” tambah Oni.
“Tuh kan Ren,kamu emang cewe unik,ditembak cowo aja kaya gini ampe kita nonton,debat dulu lagi! Unik!” kini Gina bersuara.
“Iya iya,tapi malu tau jawab disini!” jawabku.
“Ren? Ko kamu malah ngobrol sama mereka? Aku?” Dio kembali mengalihkan pembicaraan seperti semula.
“Eh iya,hehe” aku terkekeh.
“Jadi?”
“Apanya?”
“Kamu mau kan jadi cewekku?”
“Engg”
“Engga Ren?!” sahut Oni.
“Engga tau”
“Yaah!” seru Vina.
“Hehe,kamu berani taruhan kalo kamu yakin aku suka kamu kan? Ku pikir kamu juga tau apa jawabannya” aku tersenyum penuh arti.
“Jadi kita pacaran?” Dio berbinar.
Aku mengangguk pelan. Menunduk menahan malu. Semua bersorak. Kehebohan mereka mengundang perhatian anak-anak kelas lain yang kebetulan masih berada disekitar kelas. Aku buru-buru membawa Dio pergi.
“Ayo,aku mau nepatin janji bawa kamu kerumahku” aku tertawa lepas.
Indah sekali hari ini,apa yang semula tak disangka dan tak pernah terfikirkan menjadi nyata..